Topik Terkini di Dunia Jurnalistik: Pers dan Artificial Intelligence atau AI, Seteru atau Sekutu?
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Sabtu, 10 Februari 2024 06:46 WIB
Belum adanya regulasi yang mengatur penggunaan AI jelas menimbulkan kekhawatiran banyak kalangan, terutama publik, yang menjadi target dari konten yang dihasilkan oleh GenAI.
Survei oleh Pew Research Center pada pertengahan tahun lalu menunjukkan bahwa 52 persen warga Amerika merasa khawatir dengan meningkatnya penggunaan AI dalam kehidupan sehari-hari. Dari sekitar 11.000 responden, hanya 10 persen yang menyatakan "senang".
Kondisi itu berbeda dengan di Indonesia, di mana penduduknya termasuk yang optimistis dalam hal penggunaan AI, seperti diungkapkan oleh Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Nezar Patria di sebuah forum global yang membahas tata kelola AI.
Baca Juga: Jurnalis Dukung GARAMIN NTT Publikasikan Kaum Disabilitas
Pengaturan AI di Indonesia masih sebatas pedoman yang sifatnya tidak mengikat melalui sebuah surat edaran dari Menteri Kominfo. Namun, dikabarkan bahwa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah menggodok draf peraturan presiden tentang penggunaan AI.
Seteru atau sekutu?
Terlepas dari risikonya, penggunaan AI di berbagai bidang, termasuk pers, adalah keniscayaan. Membatasi penggunaannya tanpa memandang manfaat yang ditawarkan teknologi ini, bisa membuat industri pers tertinggal dari sektor lain.
Baca Juga: Usman Kansong: Jurnalisme Islam yang Tak Selesai Selesai
GenAI bisa dimanfaatkan oleh media untuk menghasilkan konten repetitif, seperti prakiraan cuaca, perkembangan bursa, atau kondisi arus lalu lintas, sehingga wartawan betulan bisa lebih fokus menulis artikel atau hasil liputan yang memerlukan "sentuhan manusia".
“Jurnalis mungkin paham betul soal data dan mampu menulis berita yang hebat,” kata Direktur Kemitraan Berita Associated Press (AP) Lisa Gibbs. “Namun, mereka hanya seorang. Apa yang bisa mereka tangani terbatas”.
AI juga bisa dimanfaatkan media untuk melakukan liputan investigasi dengan menelusuri dokumen digital yang tersimpan di internet.
Baca Juga: RSF Desak Mahkamah Pidana Internasional Selidiki Kejahatan Perang Terhadap Jurnalis di Gaza
Mencari secara manual di Google dan membaca satu per satu halaman yang ditemukan, jelas menghabiskan waktu. Namun, AI bisa melakukannya dengan cepat dan bahkan membuat rangkumannya.