Usman Kansong: Di NTT Ada Pesantren yang Pengajarnya Pater dan Suster
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Senin, 29 Januari 2024 13:24 WIB
Dalam prolog, Philipus Tule membagi etnis muslim NTT dalam tiga kategori. Pertama, kaum muslim pribumi Lamaholot di Pulau Solor, Adonara, dan Lembata. Kedua, muslim pribumi Ende di Pulau Ende dan Kabupaten Lio serta di pesisir Flores. Ketiga, kaum muslim dari Arab, Jawa, Sumatra, Bajo dan Bima, serta Sulawesi (Bugis, Buton, Makassar).
Yang juga menarik dari prolog diketahui Max Weber, salah satu nabi sosiologi, pernah melakukan perjalanan ke Flores dan mendapat informasi keberadaan kaum muslim di sana.
Weber menuangkannya dalam tulisan berjudul "Etnographiche Notizen uber Flores und Celebes" yang dimuat di International Archiv fur Ethnographic III Supplement 1890.
Baca Juga: Ribuan Umat Katolik di Belu NTT Mengikuti Perayaan Misa Malam Natal
Saya membaca tulisan Umar Ibnu Alkhatab berjudul "Ikhtiar menggali Identitas Lokal: Pengalaman Muslim Lamakera" karena ia berkisah tentang kehidupan kaum muslim di kampung halaman saya.
Dalam tulisannya Umar menyinggung spirit kosmopolitanisme dan pluralisme masyarakat muslim Lamakera. Kosmopolitanisme dan pluralisme itu membentuk sikap toleran muslim Lamakera. Toleransi itu antara lain terlihat dari adanya pesantren yang di antara pengajarnya para pater dan suster.
Umar menyebut nama saya dalam kapasitas sebagai wartawan dan pembedah Editorial Media Indonesia di Metro TV. Dia menyebut nama saya di bawah subbab 'Kultur Pendidikan Komunitas Muslim Lamakera.'
Baca Juga: Cendekiawan Asal Flores NTT Ignas Kleden Dikabarkan Meninggal: SATUPENA Turut Berduka
Oleh: Usman Kansong, wartawan senior. ***