Usman Kansong: Di NTT Ada Pesantren yang Pengajarnya Pater dan Suster
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Senin, 29 Januari 2024 13:24 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Saya baru saja menyelesaikan membaca dua bagian penting buku "Wacana Identitas Muslim Pribumi NTT."
Kedua bagian penting itu "Prolog: Ikhtisar Mengungkap Identitas Muslim Pribumi di NTT" yang ditulis Philipus Tule dan "Ikhtiar Menggali Identitas Lokal: Pengalaman Muslim Lamakera" yang ditulis Umar Ibnu Alkhatab.
Philipus Tule ditahbiskan sebagai Imam Serikat Sabda Allah pada 1984 dan mendalami islamologi. Umar Ibnu Alkhatab muslim asal Lamakera, Flores Timur, NTT, yang pernah menjabat Kepala Ombudsman Perwakilan Bali.
Baca Juga: Ribuan Umat Katolik di Belu NTT Mengikuti Perayaan Misa Malam Natal
Saya harus berterima kasih kepada Romo Leonaldo Mali. Romo Leo menghadiahi saya buku itu. Dicomblangi Bona Beding, Romo Leo berkenan menyelenggarakan bedah buku saya "Toko Buku Terakhir".
Bona Beding pendiri penerbit Lamalera yang menerbitkan buku saya itu. Romo Leo dosen Unika Widya Mandira, Kupang, dan peduli dengan literasi masyarakat NTT.
Berjumpalah saya dengan Romo Leo di Bandara Eltari, Kupang, Desember 2023. Waktu itu saya hendak kembali ke Jakarta sehabis bertugas di Kupang. Kami membicarakan rencana bedah buku "Toko Buku Terakhir."
Baca Juga: Cendekiawan Asal Flores NTT Ignas Kleden Dikabarkan Meninggal: SATUPENA Turut Berduka
Saya juga mengutarakan rasa ingin tahu sejarah Islam dan muslim NTT. Ayah saya berasal dari Lamakera, Flores Timur, NTT. Seluruh warga Lamakera muslim. Akan tetapi, muslim di NTT minoritas di antara mayoritas Kristen. Saya terutama ingin mengetahui asal muasal Islam di NTT.
Seusai bedah buku "Toko Buku Terakhir" di Kupang, Januari 2024, persisnya ketika makan malam, Romo Leo memberi saya buku "Wacana Identitas Muslim Pribumi NTT." Betapa senangnya saya mendapat buku itu.
Dari prolog yang saya baca, saya mengetahui masyarakat muslim sudah mendiami NTT, yakni di kawasan Lamaholot, Solor, sejak 1500-an.
Muslim NTT berasal-muasal dari tiga jurusan berturut-turut, yakni Kerajaan Ternate, pedagang dan kerajaan Makassar, Kerajaan Bima. Muslim NTT sudah ada sejak tahun 1500-an.
Dalam prolog, Philipus Tule membagi etnis muslim NTT dalam tiga kategori. Pertama, kaum muslim pribumi Lamaholot di Pulau Solor, Adonara, dan Lembata. Kedua, muslim pribumi Ende di Pulau Ende dan Kabupaten Lio serta di pesisir Flores. Ketiga, kaum muslim dari Arab, Jawa, Sumatra, Bajo dan Bima, serta Sulawesi (Bugis, Buton, Makassar).
Yang juga menarik dari prolog diketahui Max Weber, salah satu nabi sosiologi, pernah melakukan perjalanan ke Flores dan mendapat informasi keberadaan kaum muslim di sana.
Baca Juga: Marciana D Jone: Kanwil Kemenkumham NTT Aktifkan Kembali Pos Layanan Imigrasi di Beberapa Kabupaten
Weber menuangkannya dalam tulisan berjudul "Etnographiche Notizen uber Flores und Celebes" yang dimuat di International Archiv fur Ethnographic III Supplement 1890.
Saya membaca tulisan Umar Ibnu Alkhatab berjudul "Ikhtiar menggali Identitas Lokal: Pengalaman Muslim Lamakera" karena ia berkisah tentang kehidupan kaum muslim di kampung halaman saya.
Dalam tulisannya Umar menyinggung spirit kosmopolitanisme dan pluralisme masyarakat muslim Lamakera. Kosmopolitanisme dan pluralisme itu membentuk sikap toleran muslim Lamakera. Toleransi itu antara lain terlihat dari adanya pesantren yang di antara pengajarnya para pater dan suster.
Baca Juga: Ganjar Pranowo Disambut Sangat Meriah Berkampanye di Kabupaten Manggarai NTT
Umar menyebut nama saya dalam kapasitas sebagai wartawan dan pembedah Editorial Media Indonesia di Metro TV. Dia menyebut nama saya di bawah subbab 'Kultur Pendidikan Komunitas Muslim Lamakera.'
Oleh: Usman Kansong, wartawan senior. ***