DECEMBER 9, 2022
Buku

Yudi Latif: Hipotesis Ketuhanan, Diskusi Buku Return of the God Karya Stephen C. Meyer

image
Buku Return of the God Karya Stephen C. Meyer (foto: Discovery Institute)

(3) bahwa alam semesta mempunyai permulaan tertentu dalam ruang dan waktu.

Berdasarkan karya terlaris sebelumnya, Signature in the Cell dan Darwin's Doubt, yang mengkaji implikasi informasi biologis, Meyer meneruskan dgn membawa penyesuaian (fine-tuning) kosmik dan asal usul alam semesta dalam singularitas Big Bang untuk berargumentasi secara persuasif bahwa satu-satunya penjelasan terbaik untuk ketiga fenomena ini adalah keberadaan Sang Pencipta.

Tuhan yang melampaui kontinum ruang-waktu dan telah campur tangan sepanjang sejarah semesta untuk memastikan bahwa makhluk-makhluk yang tercipta sesuai citra-Nya pada waktunya kelak akan muncul di bumi.

Meskipun Meyer hanya berkonsentrasi pada tiga isu dalam buku ini—fine-tuning, asal usul informasi biologis, dan singularitas pada permulaan waktu—ada fenomena alam lain yang juga mengarah pada Tuhan pencipta.

Fenomena pelik tentang kemunculan kesadaran (consciousness), misalnya, masih merupakan misteri besar, terutama bagi mereka yang menganut pandangan dunia materialistis atau evolusioner, namun hal ini agaknya cocok dengan kerangka teistik. 

Jika hipotesis Tuhan adalah satu-satunya penjelasan terbaik mengapa alam semesta seperti ini, dapatkah kita menyimpulkan sesuatu tentang sifat ketuhanan tersebut? Meyer membahas tiga kemungkinan utama: panteisme, deisme, dan teisme.

Panteisme menegaskan bahwa Tuhan adalah totalitas seluruh alam, Brahman dari agama-agama Timur. Meyer menunjukkan bahwa panteisme tidak dapat menjelaskan penyesuaian kosmik yang kita amati, karena ketuhanan yang menciptakan alam semesta harus melampaui ruang dan waktu.

Akan tetapi, semua teks agama besar di Timur menggambarkan adanya dewa yang baru ada setelah alam semesta ada.

Deisme, di sisi lain, berpendapat bahwa Tuhan bersifat transenden, tetapi menolak keterlibatan Tuhan dalam cara kerja alam setelah permulaan.

Dengan kata lain, Tuhan (entah bagaimana) mengedepankan hukum alam untuk menjamin bahwa makhluk seperti kita suatu masa akan muncul, namun Dia kemudian mundur dan membiarkan segala sesuatunya berjalan dengan sendirinya.

Halaman:
1
2
3
Sumber: Yudi Latif

Berita Terkait