Erros Djarot: Desain Politik Kerusuhan 2024, Sebagai Hadiah Tahun Baru?
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Selasa, 02 Januari 2024 16:45 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Selesai mengucapkan SELAMAT TAHUN BARU 2024, saya langsung bertanya dalam hati; mengapa belakangan ini keresahan semakin menyelimuti kehidupan kita, rakyat Indonesia.
Salah satu faktor penyebab utamanya, mungkin karena rakyat berada dalam kondisi tengah kehilangan sang pemimpin pembawa harapan. Pupus sudah harapan. Awan hitam penebar kegelapan telah menenggelamkan sang penebar harapan yang selama ini sempat menjadi pujaan sebagian besar rakyat Indonesia.
Dulu, selama 9 tahun Pak Jokowi sempat bertahan sebagai sang penebar harapan dimaksud. Seorang pemimpin yang pernah menawarkan dan membawa SOLUSI Indonesia ke luar dari kondisi berbagai kebuntuan.
Namun secara mengejutkan, tiba-tiba saja beliau menyeberang dan berkiprah sebagai sosok pemimpin yang justru membenamkan diri dalam lingkaran masalah. Jokowi pun kini hadir sebagai MASALAH, dan bukan lagi sebagai SOLUSI.
Sebagai Kepala Pemerintah, belakangan ini Jokowi justru seperti sengaja menebar dan menyulut keresahan massa rakyatnya. Memasuki perhelatan Pemilu Pilpres 2024, manuver politiknya sebagai penguasa tertinggi di Republik ini, justru menampilkan citra sebagai manusia yang kehilangan jati dirinya.
Jati diri sebagai pemimpin yang adil dan bijaksana, berdiri di atas semua golongan, sebagai figur panutan yang menjadi idaman rakyatnya.
Seketika bagai setitik nila merusak susu sebelanga, ia merusak kepribadiannya sendiri dengan membiarkan nafsu serakah kekuasaan menguasai dirinya. Tanpa rasa sungkan dan bersalah sedikitpun, ia begitu terkesan all out untuk menuntun dan menenteng Paslon No. 2 bisa mulus melaju menuju istana di tahun 2024 ini.
Untuk tujuan itu, ia pun dengan sangat kuat mempertontonkan langkah ‘politik segala cara’ untuk memenangkan pasangan sang putra sulung kesayangan, Gibran dan pasangannya.
Konstitusi, aturan main, etika, bahkan pijakan moral yang seharusnya dijaga, dirawat, dan diberlakukan dalam menjalankan kekuasaannya sebagai Presiden, seperti tak lagi digubris.
Sehingga muncul kesan sangat kuat bahwa yang sedang berjalan adalah ‘jargon Jokowi’ dalam mengelola kekuasaannya…Yang aku mau, itulah aturan dan hukum yang harus dijalankan! Sebagai reaksi, ujaran Raja Perancis, Louis XIV pun…L’etat c’est moi (Negara adalah saya), langsung dilekatkan publik pada diri seorang Jokowi.