Diskusi SATUPENA, Satrio Arismunandar: Penulis Indonesia Bisa Mendukung Ketahanan Jiwa Rakyat Gaza
- Penulis : Krista Riyanto
- Kamis, 21 Desember 2023 21:14 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Lewat karya-karyanya, penulis dan sastrawan Indonesia bisa mendukung ketahanan jiwa rakyat Palestina di Gaza dalam melawan Israel.
Hal itu dikatakan Sekjen SATUPENA Satrio Arismunandar dalam diskusi tentang respons penulis terhadap tragedi kemanusiaan di Gaza di Jakarta, Kamis 21 Desember 2023 malam yang dielenggarakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA.
Diskusi yang dikomentari Satrio Arismunandar itu menghadirkan pembicara Akmal Nasery Basral, kurator dan editor buku “Perang Pecah (Lagi) di Gaza: Antologi Kemanusiaan Palestina.”
Menurut Satrio, penulis dan sastrawan dapat menanggapi tragedi kemanusiaan dengan berbagai cara. Respons ini termasuk terhadap tragedi kemanusiaan di Gaza, Palestina, yang telah menewaskan 18.000 warga.
“Para penulis menggunakan karya mereka untuk mengeksplorasi, merefleksikan, dan memahami dampak mendalam dari peristiwa tersebut terhadap individu dan masyarakat,” ujarnya.
Beberapa penulis fokus pada ketahanan jiwa manusia dalam menghadapi tragedi. Mereka menceritakan kisah-kisah tentang individu atau komunitas yang bertahan mengatasi kesulitan.
“Mereka menekankan kekuatan dan keberanian yang ditunjukkan selama masa-masa sulit,” tambahnya.
Selain itu, katanya, tragedi sering kali mendorong penulis untuk terlibat dalam penyelidikan politik dan etika. Mereka mungkin mempertanyakan peran pemerintah, lembaga, atau individu dalam mencegah atau merespons krisis.
“Hal ini dapat mengarah pada pemeriksaan yang lebih mendalam terhadap dinamika kekuasaan, akuntabilitas, dan keadilan,” tutur jurnalis senior, yang pada 1990-an pernah meliput ke Jalur Gaza dan Tepi Barat ini.
Satrio menyatakan, penulis juga sering menggunakan tragedi sebagai lensa untuk mengkaji masalah-masalah sosial.
“Mereka mungkin mengeksplorasi permasalahan sistemis, kegagalan politik, atau ketidakadilan sosial yang berkontribusi atau memperburuk tragedi kemanusiaan,” katanya.
Ia menambahkan, banyak penulis juga menggunakan karyanya untuk membangkitkan empati dan kasih sayang.
Melalui penceritaan dan pengembangan karakter, mereka memanusiakan pengalaman orang-orang yang terkena dampak tragedi.
“Mereka membantu pembaca terhubung secara emosional dengan individu yang terlibat,” tuturnya.
“Menulis juga bisa berperan sebagai katarsis dan penyembuhan. Menulis dapat menjadi salah satu bentuk katarsis baik bagi penulis maupun pembacanya,” katanya. ***