DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Ir. Wisnu Salman: Pertambangan Nikel, Mobil Listrik, dan Pencemaran Lingkungan

image
Ir. Wisnu Salman - konsultan pertambangan, alumnus ITB.

Baca Juga: BIKIN PRIHATIN: Perang Israel vs Hamas Membangkitkan Kebencian Anti Muslim di Thailand

Analisis dampak lingkungan asal-asalan -- atau malah nihil AMDAL -- menjadi penyebab kerusakan lingkungan tersebut. Bukan rahasia lagi, banyak pertambangan dan pabrik nikel di daerah tidak peduli dengan kerusakan alam.

Mereka merasa mendapat "kebebasan" beroperasi di daerah karena sudah menyerahkan "upeti" kepada Pemda setempat. Terbukti akibat adanya upeti tadi, Pemda pun tak punya keberanian menindak tegas terhadap industri pertambangan yang merusak lingkungan.

Yayasan Auriga Nusantara mengungkapkan, dalam 22 tahun terakhir, seluas 24.811 hektar hutan di Malut telah dibuka untuk tambang nikel.

Penambangan nikel yg jorjoran tersebut ternyata mendatangkan mudharat lingkungan yg lebih besar ketimbang manfaat ekonominya terhadap penduduk sekitarnya. Bahkan ironisnya, hilirisasi sumber daya mineral itu tidak memberi lapangan pekerjaan bagi rakyat setempat.

Baca Juga: Imigrasi DKI Jakarta Awasi Ketat Orang Asing Jelang Pemilu, Sandi Andaryadi: Cegah Pelanggaran Sedini Mungkin

Tragedi lingkungan kini tengah mendera Malut. Hilangnya hutan di pulau-pulaub kecil di sana kini menjadi salah satu maladaptasi. Maladaptasi yang terjadi menyebabkan ribuan desa di Maluku, NTT, dan Sulawesi Tengah, rentan tenggelam.

Walhi Maluku Utara mencatat pertambangan nikel telah mengakibatkan hilangnya hutan alam di pulau kecil seluas 16.000 hektar dalam 15 tahun terakhir. Industri pertambangan nikel juga mencemari laut dan menyebabkan penurunan jumlah nelayan.

Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Maluku Utara, Faizal Ratuela, menyebutkan sepanjang tahun 2014 hingga 2018 saja, telah terjadi penurunan jumlah nelayan dari 8.587 menjadi 3.532 orang pada 2018.

“Artinya, pencemaran laut akibat nikel telah menyebabkan orang yang berprofesi nelayan sebanyak lima ribu orang kehilangan pekerjaan,” ungkap Faizal Ratuela dalam Pertemuan Jaring Nusa Kawasan Timur Indonesia pada Selasa-Rabu (30 Agustus-1 September 2022) di Hotel Amaris, Denpasar.

Halaman:
1
2
3
4
5

Berita Terkait