DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Endgame: Dua Akhir Dramatis dari Hidup yang (Sebelumnya) Manis

image
Ilustrasi Orangtua dan Anak

Baca Juga: Hasil Liga 1: Hanno Behrens dan Abdulla Yusuf Helal Bawa Persija Jakarta Menang Melawan RANS Nusantara

Laku biadab sang jenderal pembunuh kucing sudah pasti akan menenggelamkan apa pun karier cemerlang yang pernah ditoreh sebelumnya. Apalagi di usianya yang 56 tahun, gerbang pensiun akan dimasukinya sebentar lagi. Alih-alih reputasinya akan dikenang sebagai jenderal ulung pembunuh musuh negara di medan perang, yang akan abadi dalam ingatan kolektif masyarakat adalah julukan tiga kata “jenderal pembunuh kucing”.

Bayangkan, betapa malu anak-cucu dan keturunannya terkena getah sebutan sadis itu akibat kelakuan sang jenderal yang lebih sadis lagi akibat emosi sesaat. Pembantaian terhadap kucing yang tak pernah dilakukannya di saat muda, justru dilakukannya tanpa pikir panjang di usia tua.

Menjadi tua memang tak selalu mudah, terutama bagi yang pernah mencicipi kenikmatan di puncak kuasa. Padahal semua puncak hanya menyisakan satu rute yang terhampar setelahnya: jalan menurun. Kendati terlihat gampang dibandingkan jalan mendaki, faktanya banyak orang yang tergelincir, terhumbalang, sampai terbanting keras, justru saat menghadapi jalan menurun. Contoh paling ekstrem adalah kehidupan para diktator dunia yang saat muda dan berkuasa mendulang puja, saat menua tanpa kuasa memanen cerca.

Apa definisi menjadi “tua”?

Baca Juga: Klasemen Liga 1: Inilah Tiga Tim Peringkat Atas dan Peringkat Bawah

Sastrawan Maxim Gorky pernah membanyol-menyentil, “Seseorang sudah bisa disebut tua jika tempat apa pun yang bercuaca hangat serasa kampung halamannya.” Sementara dramawan John Barrymore menafsir lebih serius, “Seseorang belum disebut tua sampai penyesalan-penyesalannya datang menggusur tempat yang sebelumnya dihuni mimpi-mimpinya.” 

Hidup ini permainan. Seperti catur yang mengenal tiga fase--“opening game”, “middle game” dan “endgame”--alur kehidupan seseorang pun tak berbeda. Kunci keberhasilan permainan selalu terletak pada tahap terakhir.

Sehebat apa pun seorang pemain membangun dua fase awal, begitu dia lalai di fase terakhir, semua peluang kemenangan bisa ambyar. Sebaliknya, seburuk apa pun kualitas permainan pembuka dan permainan tengah, jika perbaikan signifikan bisa dilakukan pada fase “endgame” maka keadaan bisa berpendar. Seorang yang nyaris jadi pecundang bisa tampil menjadi pemenang gemilang.

Salah satu kesadaran betapa pentingnya “endgame” dalam kehidupan terpancar dari kisah Abu Bakar.  Sahabat terdekat Nabi Muhammad s.a.w. tersebut dikabarkan berdoa khusus kepada Allah saat usianya mencapai 40 tahun dengan memanjatkan lafaz, “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku agar aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan memberi kebaikan kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.”

Halaman:
1
2
3
4

Berita Terkait