Ngeri! Pertama di Dunia Cacing Parasit Hidup di Dalam Otak Seorang Wanita Australia
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Rabu, 30 Agustus 2023 07:29 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Seorang wanita berusia 64 tahun asal Australia diketahui memiliki parasit yang hidup di dalam otak yang sangat mengganggu hidupnya.
Parasit tersebut merupakan seekor cacing panjang yang hidup di dalam wanita Australia tersebut selama beberapa bulan lamanya.
Menurut keterangan dokter yang menangani wanita tersebut, cacing parasit tersebut biasanya ditemukan di dalam ular piton karpet dan tidak pernah ditemukan hidup di dalam tubuh manusia.
Baca Juga: Kim Bum dan Maudy Ayunda Dikabarkan akan Jadi Suami Istri dalam Film Indonesia Tanah Air Kedua
Sebelum cacing parasit tersebut ditemukan di dalam otaknya, wanita tersebut sempat mengeluhkan beberapa gejala seperti sering lupa.
Kemudian ketika dirinya melakukan pemeriksaan ke dokter, dia baru mengetahui bahwa ada cacing parasit yang hidup di dalam otaknya selama ini.
Peristiwa tersebut menandai kasus infeksi cacing parasit yang terjadi di manusia untuk pertama kalinya di dunia.
Baca Juga: Hadiri Rapimnas JAMAN 2023 di Kota Cirebon, Jokowi Beri Apresiasi Kepada Pekerja Lapangan
Penemuan ini dilakukan oleh dokter dan peneliti dari Australian National University (ANU) dan dibantu oleh Rumah Sakit Canberra.
Para dokter dan peneliti tersebut kemudian menemukan seekor cacing parasit hidup yang membentuk gelang berukuran 8 cm (3,15 inchi) di dalam otak wanita tersebut.
Cacing parasit tersebut diketahui berjenis Cacing Gelang Ophidascaris Robertsi yang biasanya menjadikan ular piton karpet sebagai inangnya.
Baca Juga: Jangan Sampai Telat! Inilah Jangka Waktu Ganti Oli Motor yang Tepat Agar Kendaraan Kamu Terawat
Setelah melakukan operasi otak, cacing parasit tersebut akhirnya berhasil dikeluarkan dari otak wanita tersebut dengan keadaan hidup dan menggeliat.
Para dokter dan peneliti yang menangani kasus ini menduga bahwa larva cacing ini sudah menginfeksi organ tubuh yang lebih dalam dari wanita tersebut.
Mereka menduga larva cacing sudah menginfeksi jauh ke organ vital lain seperti paru-paru dan hati dari wanita tersebut.
Baca Juga: PSSI Rilis 24 Pemain Perkuat Timnas Indonesia Jelang Lawan Turkmenistan dalam FIFA Matchday
Dalam sebuah pernyataan, seorang pakar penyakit menular dari ANU dan Rumah Sakit Canberra, Sanjaya Senanayake, mengatakan ini adalah kasus pertama di dunia.
"Ini adalah kasus Ophidascaris pada manusia pertama yang ditemukan di dunia," kata Sanjaya dikutip Orbitindonesia.com dari Aljazeera 29 Agustus 2023.
Sanjaya juga menduga bahwa kasus ini merupakan kasus pertama yang terjadi di otak mamalia, karena biasanya kasus ini banyak ditemukan pada marsupial yang dimakan oleh reptil.
Baca Juga: Spoiler Drakor Destined With You Episode 3 Lengkap dengan Link Nonton Streaming yang Harus Kamu Tahu
"Sepengetahuan kami, ini juga merupakan kasus pertama yang melibatkan otak spesies mamalia, seperti manusia atau lainnya," katanya.
"Biasanya larva cacing gelang ditemukan pada mamalia kecil dan marsupial, yang kemudian dimakan oleh ular piton, sehingga siklus hidup ular dapat selesai dengan sendirinya," ujarnya.
Para peneliti tersebut kemudian mempublikasikan hasil temuan mereka melalui Jurnal Emerging Infectious Diseases.
Baca Juga: Hasil Pekan ke 10 BRI Liga 1, Kalahkan Persikabo 1973 Akhirnya Arema FC Rasakan 3 Poin Perdana
Jurnal tersebut mengatakan bahwa wanita tersebut kemungkinan terinfeksi larva cacing dari sayuran Warrigal.
Warrigal merupakan sejenis rumput asli yang kemudian dikumpulkan oleh wanita tersebut di dekat rumahnya dan kemudian dimasak.
Rerumputan tersebut merupakan habitat dari ular piton untuk membuang telur dari cacing parasit tersebut melalui kotoran yang dikeluarkannya.
Baca Juga: Inilah Jawaban Pertamina Seputar Isu yang Beredar Salah Satunya Terkait Jadi Sponsor MotoGP
Cacing Gelang Ophidascaris Robertsi biasanya ditemukan hidup dalam kerongkongan dan perut dari ular piton karpet.
ANU menggambarkan bahwa cacing parasit ini sangat tangguh dan bisa hidup serta berkembang biak di berbagai lingkungan.
Para peneliti menduga bahwa wanita tersebut kemungkinan terinfeksi larva cacing parasit tersebut setelah secara tidak sengaja menyentuh atau memakan rumput tersebut.
Direktur Mikrobiologi Klinis di Rumah Sakit Canberra dan Profesor di ANU Medical School, Karina Kennedy, mengatakan bahwa gejala pada wanita tersebut sudah muncul sejak Januari 2021.
Karina juga mengatakan bahwa gejala yang diderita oleh wanita tersebut semakin memburuk setelah dirinya mendapatkan perawatan di rumah sakit selama tiga minggu.
"Awalnya dia mengalami sakit perut dan diare, diikuti demam, batuk, dan sesak napas," kata Karina dikutip Orbitindonesia.com dari Aljazeera 29 Agustus 2023.
"Jika dipikir-pikir, gejala-gejala ini kemungkinan besar disebabkan oleh migrasi larva cacing gelang dari usus ke organ lain, seperti hati dan paru-paru," ujarnya.
Karina juga menambahkan, "Sampel pernapasan dan biopsi paru dilakukan, namun tidak ada parasit yang teridentifikasi spesimen ini,"
Karina mengatakan bahwa dia dan pihaknya sudah mencoba untuk mengidentifikasi parasit dalam tubuh manusia dan itu sangatlah sulit dilakukan.
"Pada saat itu, (kami) mencoba mengidentifikasi larva mikroskopis, yang sebelumnya belum pernah diidentifikasi sebagai penyebab infeksi pada manusia, seperti mencoba mencari jarum dalam tumpukan jerami," katanya.
Pemeriksaan lebih lanjut kemudian dilakukan pada tahun 2022 ketika wanita itu mengalami kelupaan dan depresi.
Para dokter yang menanganinya pada saat itu kemudian melakukan pemindaian MRI dan menunjukan adanya lesi di otaknya.
Baca Juga: Kim Se Jeong Rayakan Ulang Tahun ke 27, Inilah Deretan Rekomendasi Serial Drakor yang Dibintanginya
Seorang ahli bedah saraf rumah sakit kemudian mengambil tindakan penyelidikan dan terkejut ketika menemukan seekor cacing di otak wanita tersebut.
Penyelidikan kemudian dilanjutkan ke ahli parasitologi yang mengkonfirmasi bahwa identitas cacing tersebut merupakan Cacing Gelang Ophidascaris Robertsi.
Sanjaya mengatakan bahwa kasus ini merupakan ancaman meningkatnya resiko penularan penyakit dari hewan ke manusia.
Baca Juga: Laga Klasik BRI Liga 1 Persija Jakarta Melawan Persib Bandung Digelar di Stadion Patriot Candrabhaga
"Ada sekitar tiga puluh infeksi baru di dunia dalam tiga puluh tahun terakhir," kata Sanjaya dikutip Orbitindonesia.com dari Aljazeera 29 Agustus 2023.
"Dari infeksi yang muncul secara global, sekitar 75 persen bersifat zoonosis, yang berarti telah terjadi penularan dari dunia hewan ke dunia manusia. Termasuk virus corona," katanya.
Sanjaya mengatakan bahwa infeksi ini tidak akan menular antar manusia sehingga tidak akan menjadi pandemi.
Baca Juga: Trending di Netflix, Inilah Sinopsis Drakor Behind Your Touch yang Dibintangi Member EXO Suho
Namun, penularan lewat hewan mungkin saja terjadi pada setiap negara di masa depan mengingat spesies hewan tersebut ada di negara manapun.
"Infeksi Ophidascaris ini tidak menular antar manusia, sehingga tidak akan menyebabkan pandemi seperti SARS, COVID-19, dan Ebola," ujarnya.
"Namun, ular dan parasit tersebut juga ditemukan di belahan dunia lain, sehingga kemungkinan besar kasus-kasus lain akan ditemukan di negara-negara lain di tahun-tahun mendatang," katanya.
Wanita tersebut sebelumnya menderita penyakit pneumonia dan belum pulih sepenuhnya dari serangan penyakit tersebut.
Sekarang dia juga harus menderita serangan cacing parasit di dalam tubuhnya sehingga harus berada dibawah pengawasan dokter untuk sementara waktu.***