Anton DH Nugrahanto: Membaca Strategi Kampanye Prabowo 2024
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Selasa, 15 Agustus 2023 07:50 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Kekalahan Prabowo dua kali beruntun menghadapi Jokowi membawa evaluasi tim internal Prabowo untuk bersiap menghadapi Pemilu 2024, di mana Prabowo akan melaju ke gelanggang.
Berbagai skenario dibuat tim Prabowo tapi akhirnya mereka mengambil satu skenario yang kemudian menjadi ujung kompilasi permainan politik 2024 yaitu: “Ambil Suara Pengikut Jokowi”.
Suara Pengikut Jokowi menjadi sangat penting bagi kubu Prabowo karena di sanalah ‘himpunan terasing’ dari kubu Prabowo yang tidak pernah disentuh.
Baca Juga: Hasil BRI Liga 1, Gol Debut Pemain RANS Zidane Affandi Buat Arema Makin Terbenam di Dasar Klasemen
Kemudian terbukti karena suara pengikut Jokowi terlebih di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang membuat Prabowo kalah. Untuk itu tim internal pemenangan Prabowo menebalkan strategi : “Pengikut Jokowi Adalah Kunci”.
Setelah menyadari kekurangan mendasar ini maka dibuatlah skenario agar Prabowo masuk ke dalam kabinet Jokowi. Skenario ini dijalankan sejak 2019, dengan alasan agar Indonesia bersatu kembali dan tidak ada kubu Jokowi dan kubu Prabowo.
Sementara kelompok garis keras agama yang selama ini mendukung Prabowo ditampung sementara di kelompok Anies. Dijamin kelompok Anies akan menyatu kembali dengan Prabowo setelah Anies dinyatakan kalah.
Jadi kelompok Prabowo merasa ‘aman’ dengan kelompok Anies. Satu-satunya cara adalah mengambil massa Jokowi untuk mengalahkan kubu Ganjar.
Strategi mengambil massa dari Jokowi, dilakukan dua tingkatan. Pertama di tingkat atas dan kedua di tingkat bawah. Kemudian membangun skenario ‘Jebakan’. Pertama menjebak arah strategi kelompok Ganjar agar bermain di wilayah skenario ‘Kasus HAM’ Prabowo dan kedua melakukan politik pecah belah di tubuh relawan kemudian di tubuh PDIP.
Pada strategi pertama jebakan berhasil ketika budayawan Butet Kertaradjasa dibully habis karena melakukan orasi ‘Presiden Culik’ , saat Butet mengeluarkan opini ini terlihat masyarakat sudah bosan dengan tuduhan-tuduhan terhadap Prabowo di tahun 1998.
Karena selain belum terbukti Prabowo ditahan atas kasus 1998, karir Prabowo di dunia politik yang melesat cepat dianggap dia ‘bersih’ dari kejahatan 1998. Tuduhan kejahatan Prabowo di tahun 1998 terbukti hanya laku di kalangan gen X ke atas.
Sementara gen millenial dan gen Z tidak peduli karena sedikit umurnya saat Orde Baru berkuasa, sementara Gen Millenal dan Gen Z merupakan jumlah pemilih terbesar. Inilah kenapa serangan tuduhan atas kejahatan 1998 seperti kaset rusak yang diputar ulang terus menerus dan semakin Prabowo dizalimi dengan tuduhan itu, rating Prabowo semakin naik.
Baca Juga: Ngeri... Karyawan BUMN Dibekuk Densus 88, Diduga Terkait Jaringan Terorisme
Jadi tuduhan HAM ini dibalik oleh Tim Spin Doctor Prabowo menjadi ‘wilayah positif’. Termasuk diundangnya Budiman Sudjatmiko ke Prabowo menjadikan Tim Prabowo merasa menang atas isu HAM 1998.
Karena bagaimanapun Budiman adalah icon dari korban politik 1998. Dan pertemuan antara Prabowo dan Budiman dianggap sebagai acara Rekonsiliasi dua kubu yang berseteru di tahun 1998.
Sementara strategi kedua adalah memecah relawan Jokowi agar masuk ke dalam tubuh Tim Prabowo. Sejak awal 2019 Tim Prabowo telah melakukan pemetaan pola dukungan relawan Jokowi. Eksekusi awal tim Prabowo adalah merekrut Relawan Joman masuk ke dalam circle-nya.
Tim Prabowo membaca kekecewaan Boss Joman, Noel terhadap barisan kelompok relawan Ganjar apalagi setelah Noel melakukan pembelaan terhadap Munarman dan membuat dirinya dibully habis-habisan oleh kelompok relawan pro Jokowi yang lain sampai berakhir dipecat dari komisaris sebuah BUMN.
Di titik inilah Tim Prabowo melakukan rekrutmen dan melakukan glorifikasi terhadap kemenangannya merekrut relawan Joman yang kemudian diikuti secara latah terhadap sejumlah kelompok relawan lain.
Langkah kedua melakukan pendekatan-pendekatan ke relawan Gibran di kota Solo, dan langkah terpenting adalah mengindikasikan Relawan Projo masuk ke dalam circle Prabowo setelah Budi Arie melakukan beberapa kali pertemuan dengan Prabowo.
Projo sendiri merasa ketinggalan dalam menggalang Ganjar karena sudah ditutup kelompok relawan lain dan dia tidak bisa memposisikan sebagai “Tim Pelopor” seperti di masa awal-awal kebangkitan Jokowi. Untuk itulah agar mendapatkan posisi politik sama kuat di masa Jokowi maka Projo merapat ke Prabowo.
Di sini Prabowo terus menempel Jokowi dan lengket seperti perangko. Prabowo dikesankan satu muka dengan Jokowi dalam melanjutkan agenda pembangunan ala Jokowi pada 2024. Prabowo juga royal akan janji terhadap kubu Jokowi dan menawarkan posisi penting kepada relawan Jokowi.
Posisi Prabowo dari gestur-nya yang seolah meng’hamba’ pada Jokowi menimbulkan rasa kasihan publik terhadap Prabowo yang selalu kalah dan kini saatnya publik memberi kesempatan agar dia dimenangkan.
Dan perasaan melankolis yang umum bagi orang Indonesia adalah ‘simpati terhadap kesedihan’, termasuk kesedihan gagal meraih cita-cita dan inilah yang terjadi pada Prabowo ia menuai simpati karena unsur melankolis ini. Inilah yang kemudian digarap maksimal Tim Prabowo.
Setelah menggarap relawan, tim Prabowo membayari lembaga-lembaga survey untuk menggarap pencitraan keterpilihan Prabowo dibanding Ganjar. Hampir tiap minggu lembaga-lembaga ini merilis hasil kemenangan Prabowo atas Ganjar sehingga opini publik nantinya tergiring, bahwa Prabowo telah menang di atas kertas lawan Ganjar.
Selain melakukan politik pecah belah, menaikkan lakon melankolis, membayari tim survey ada hal negatif dari sisi fisik Prabowo. Prabowo dinilai tim nya punya kekurangan secara fisik, dia tidak punya stamina ‘blusukan’ ke banyak wilayah.
Baca Juga: Gawat, Nonton Streaming Netflix Bakal Kena Sensor Aturan Baru dari Menkominfo Budi Arie Setiadi
Apalagi kesadaran awal Prabowo adalah pemimpin militer yang terbiasa dengan pola komando, maka blusukan dinilai tidak efektif.
Prabowo banyak menciptakan tokoh-tokoh yang secara eksplisit mirip dirinya dan disebar dibanyak wilayah, tokoh inilah yang akan jadi komandan di daerah-daerah. Imitasi Prabowo-Prabowo Kecil inilah yang akan jadi motor kemenangan di daerah-daerah.
Selain kelebihan di atas ada beberapa kekurangan strategi Prabowo yang secara fakta sesungguhnya bisa digarap secara efektif oleh kubu Ganjar. Pertama, Kesadaran kekecewaan pendukung Jokowi terhadap skandal Kasus Ahok, yang merupakan kekurangan utama di tubuh Prabowo.
Dan Kedua, potensi korupsi dan kegagalan estate food yang terjadi di tubuh Kemenhan dan korupsi di tubuh Basarnas yang melibatkan petinggi TNI anak buah Prabowo.
Kekecewaan pendukung Jokowi terhadap ketidakadilan hukum yang didapatkan Ahok sebenarnya adalah ‘kekecewaan terpendam’ dan Tim Prabowo punya andil dalam mengglorifikasi Buni Yani dalam memelintir ucapan Ahok. Bila disadari hal ini, dosa Tim Prabowo terhadap kasus Pilkada 2017 sungguh tak kecil dan bisa menunjukkan watak asli dari kekuatan Prabowo.
Baca Juga: Korban Kebakaran Hutan Di Hawaii Sudah Mencapai 93 Orang dan Diperkirakan Masih Akan Terus Meningkat
Selain itu kasus-kasus di Kemenhan yang patut diduga banyak penyimpangan termasuk kasus Kepala Basarnas yang sedang ramai sekarang, Prabowo akan tersudut dalam soal ini.
Tapi menjelang Oktober 2023, rating Ganjar terus naik seiring dengan kesadaran pendukung Jokowi bahwa sebenarnya Prabowo adalah antitesis dari Jokowi dalam segala hal. Naiknya rating Ganjar adalah karena adanya kesadaran dari pemilih Jokowi bahwa pendekatan Prabowo pada Jokowi adalah gimmick politik.
Politik memang penuh gimmick, tapi pada akhirnya ia menuju ke-otentikannya. Dan apa yang otentik dari Prabowo, yang otentik dari Prabowo justru adalah antitesa dari nilai-nilai dasar Jokowi.
(Oleh: Anton DH Nugrahanto)