Haidar Bagir: Apakah Nasionalisme Itu Bid'ah - Renungan Pendek Menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 19 Agustus 2022 09:26 WIB
Baca Juga: Denny JA: Soal Korupsi di Sektor Publik, Peringkat Indonesia Lebih Buruk dari Rata-rata Dunia
Yang harus dihindari adalah chauvinisme atau jingoisme yang didorong ego
kelompok hingga mengabaikan atau malah melanggar kelompok hak kelompok lain.
Mukadimah Konstitusi kita dengan bijak menyebut Persatuan Indonesia - yang merupakan istilah/konsep malah lebih pas ketimbang nasionalisme - dan, dalam satu napas, menyatakan: "ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial ...”.
Inilah yang dalam Pancasila diungkapkan dalam sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, mendahului sila Persatuan Indonesia.
Di sini gagasan negara-bangsa dan nasionalisme bertemu kemanusiaan universal (rahmatan lil 'alamin).
Baca Juga: Sutardji Calzoum Bachri dan Para Penyair Lain Menggebrak dengan Puisinya di Webinar Satupena
Inilah nasionalisme yang benar. Prinsip ini, pada gilirannya, mengambil bentuk partisipasi dalam organisasi-organisasi internasional dan ketaatan pada aturan-aturan kerjasama antarnegara secara adil dan bermartabat.
Persoalan lainnya yang muncul adalah, haruskah sebuah negara terdiri dari satu agama saja, dan diatur oleh hukum agama itu saja?
Piagam Madinah susunan Nabi saw memperlihatkan sebaliknya. Ia adalah konstitusi yang mengatur koeksistensi dan kerjasama damai penduduk Madinah dari berbagai suku dan agama dalam ikatan aturan universal yang disepakati bersama.
Maka, mari syukuri anugrah NKRI, yang pluralistik, serta memiliki Pancasila dan Konstitusi yang saksama dan dihuni oleh penduduk yang berbudaya.