DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Mikrajuddin Abdullah: Reputasi Akademik Indonesia vs Negara negara Anggota G20

image
Mikrajuddin Abdullah , Fisika ITB Indonesia

Salah satu faktor yang disinyalir menjadi penyebab adalah kecilnya dana riset di Indonesia. Dari semua negara anggota G20, hanya Indonesia dan Saudi Arabia yang memiliki persentasi dana riset terhadap GDP paling kecil, yaitu 0,3%.

Negara anggota G20 lainya memiliki peesentase yang jauh lebih besar: Amerika Serikat (3,1%), Inggris (1,8%), China (2,2%), Jerman (3,2%), Canada (1,5%), Australia (1,8%), Prancis (2,2%), Jepang (3,2%), Italia (1,4%), Korea Selatan (4,6%), India (1,3%, Brazil (1,3%), Afrika Selatan (0,8%), Russia (1,0%), Turki (1,1%), Saudi Arabia (0,3%), Argentina (0,5%), Mexico (0,9%).

Faktor kedua adalah akademisi Indonesia terlalu santai. Jika melihat data ilmuwan yang dirilis Microsoft, tampak jelas bahwa lokomotif riset dan publikasi di negara luar adalah para profesor.

Fenomena yang terjadi di Indonesia adalah para dosen “berubah menjadi santai” ketika memperoleh jabatan profesor.

Baca Juga: Jack Miller Pilih Nge Camp Bersama Si Nyonya Jelang Balap MotoGP Austria 2022

Puncak karya dosen di Indonesia terjadi pada periode pengajuan jabatan dari Lektor Kepala ke Guru Besar, dan prestasi tersebut meluruh begitu SK guru besar turun.

Kita dengan mudah mengecak capaian para dosen menggunakan mesin google scholar maupun scopus. Idealnya para guru besar tidak layu untuk berkarya hingga akhir masa pengabdian sesuai dengan janji yang ditulis saat pengusulan jabatan.

Jika kondisi ini berlangsung terus, menjadi pertanyaan kita bersama: apa manfaat perguruan tinggi mengusulkan jabatan guru besar?

Faktor ketiga adalah tidak seragam dalam berkontribusi.

Baca Juga: MotoGP Austria 2022, Jack Miller Ambisi Naik Podium di Red Bull Ring Spielberg

Halaman:
1
2
3
4

Berita Terkait