Mikrajuddin Abdullah: Reputasi Akademik Indonesia vs Negara negara Anggota G20
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 19 Agustus 2022 09:27 WIB
Universitas ini didirikan tahun 1922 sebagai technical school, hampir sama dengan tipe dan tahun berdirinya ITB. Demikian juga dengan Ethiopia (GDP (nominal) per kapita USD 1.040 dan HDI 0,485) memiliki Addis Ababa University (berdiri tahun 1950) dengan ranking 401-500.
Dari semua anggota G20, hanya Indonesia dan Saudi Arabia yang belum melahirkan pemenang Nobel.
Jumlah pemenang hadiah Nobel dari negara anggota G20 lainnya adalah Argentina (5), Australia (14), Brazil (1), Kanada (28), China (9), Prancis (71), Jerman (112), India (11), Italia (21), Jepang (29), Mexico (3), Rusia (32), Afrika Selatan (11), Korea Selatan (1), Turki (2), Inggris (138), dan Amerika Serikat (400).
Lebih lanjut, mengutip data yang dirilis Microsoft tentang peneliti terbaik dunia dari 24 klasifikasi bidang yang ditentukan berdasarkan h-index, jumlah sitasi, dan jumlah makalah yang dihasilkan, posisi Indonesia juga tidak bagus.
Baca Juga: Denny JA: Soal Korupsi di Sektor Publik, Peringkat Indonesia Lebih Buruk dari Rata-rata Dunia
Jumlah ilmuwan dari anggota G20 yang masuk dalam list tahun 2022 adalah Amerika Serikat (59.025), Inggris (11.971), China (8.585), Jerman (8.104), Kanada (6.001), Australia (5.556), Prancis (5.520), Jepang (5.378), Italia (4.158), Korea Selatan (1.467), India (960), Brazil (867), Afrika Selatan (361), Russia (239), Turki (237), Saudi Arabia (232), Argentina (178), Mexico (177), dan Indonesia (6).
Tampak bahwa posisi Indonesia sangat rendah dengan jumlah yang sangat jomplang dibandingkan dengan anggota G20 lainnya.
Pertanyaan kita bersama: mengapa beberapa universitas di Indonesia yang sudah cukup tua tidak menanjak signifikan presitasinya?
Dengan kondisi ekonomi Indonesia yang makin baik (kekuatan ekonomi nomor 16 dunia) mengapa peningkatan “kekuatan akademik” Indonesia tidak terjadi?
Baca Juga: Sutardji Calzoum Bachri dan Para Penyair Lain Menggebrak dengan Puisinya di Webinar Satupena