ANALISIS INTELIJEN: Penghinaan Rocky Gerung Terhadap Presiden Jokowi Membuat Prabowo Dalam Posisi Dilematis
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Sabtu, 05 Agustus 2023 04:46 WIB
Manuver Rocky saat ini secara tak terduga menempatkan Prabowo dalam posisi yang sulit. Jika ia ikut dalam barisan yang mengeritik dan mengecam Rocky, maka banyak pendukungnya untuk menjadi capres 2024 – yakni, pendukung dari kalangan oposan Jokowi—akan rontok dan bubar jalan.
Sebaliknya, jika Prabowo bersuara membela posisi Rocky, ini tak kalah gawatnya karena banyak pendukung/simpatisan Jokowi –yang saat ini sudah bergeser mendukung Prabowo sebagai capres 2024—akan menarik dukungan.
Padahal Prabowo sudah dengan susah payah mencitrakan dirinya sebagai sosok capres penerus Jokowi, sosok yang “dekat” dan “didukung” Jokowi. Simpatisan pendukung Jokowi akan menganggap “loyalitas” Prabowo pada Jokowi itu palsu, penuh tipu, dan tak bisa dipercaya. Mereka akan bersikap anti-Prabowo.
Karena posisi dilematis yang sulit itulah, Prabowo lebih memilih diam seribu bahasa. Ini dianggap lebih aman, ketimbang bersuara yang justru akan memancing kontroversi.
Nah, yang menarik di sini—sengaja atau tak sengaja-- ada peran PSI (Partai Solidaritas Indonesia), yang telah mengurangi tekanan dilematis terhadap Prabowo.
Kunjungan Prabowo selaku Ketua Umum Gerindra ke kantor DPP PSI, Rabu 2 Agustus 2023, disambut meriah oleh pimpinan PSI dan memancing pemberitaan meluas oleh media. Tetapi media lebih fokus pada kontroversi kunjungan itu sendiri dan konflik PSI vs PDIP.
Media lupa menyorot bahwa Prabowo tidak menunjukkan sikap yang jelas dan tegas, tentang penghinaan Rocky pada Presiden Jokowi. Media lebih fokus pada konflik PSI vs PDIP, dan apakah PSI sudah bergeser mendukung Prabowo, dan bukan lagi mendukung Ganjar pada Pilpres 2024.
Maka, bisa dibilang Prabowo telah sukses memperalat kunjungannya ke DPP PSI ini sebagai pengalih isu, sehingga fokus perhatian media bergeser. Kepada media, Prabowo menyebut, pertemuannya dengan DPP PSI itu berlangsung "mesra."