Penyair Sebagai Pemimpin Spiritual Sebuah Bangsa, Sambutan Hadiah Sastra Sutardji Calzoum Bachri dari Denny JA
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Minggu, 25 Juni 2023 07:07 WIB
Slogan dan pernyataan soal prinsip agama Islam agar semakin hadir di ruang publik sangat sering diwacanakan.
Saya pribadi, yang saat itu banyak membaca filsafat dan sastra, agak kurang nyaman dengan pemahaman agama yang formalistik dan literal.
Puisi Sutardji saat itu mengisi kebutuhan batin saya. Kerinduan akan sentuhan Tuhan yang mendalam terasa dalam puisi Sutardji. Tapi ia mengekspresikan kerinduan religius itu dengan pola yang tak biasa.
Berdasarkan data riset, mereka yang menganggap agama penting dan sangat penting dalam hidupnya di Indonesia sangatlah banyak, di atas 90 persen.
Agama menggores batin kita sangat dalam. Sutardji sebagai penyair mengekspresikan batin dirinya, juga batin Indonesia.
Tapi sebagai sastrawan, sebagai penyair, ia mengekspresikan batin agama itu berbeda dibandingkan yang disampaikan oleh para kiai, dai dan ustad di mesjid. Berbeda pula dengan cara seorang akademisi dan intelektual dalam menyatakannya.
Bahasa puisi membuat Sutardji dapat mengekspresikannya secara lebih urakan, tak biasa, out of the box.
Namun justru ekspresi tak biasa itu membuat renungan religiusnya memiliki tempat sendiri yang berbeda dalam memori kita.
Selamat untuk Sutardji Calzoum Bachry yang memperoleh Anugrah Sastra 2023, sekaligus perayaan ulang tahunnya yang ke-82.
Saya Denny JA, selaku Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena menempatkan Sutardji sesuai sebuah ungkapan; “Bahwa Bangsa yang besar adalah bangsa yang juga melahirkan penulis besar.”