Penyair Sebagai Pemimpin Spiritual Sebuah Bangsa, Sambutan Hadiah Sastra Sutardji Calzoum Bachri dari Denny JA
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Minggu, 25 Juni 2023 07:07 WIB
“Aku pasang perangkap di Afrika, Aku pasang perangkap di Amazon, Aku pasang perangkap di Riau, Aku pasang perangkap di kota-kota, Siapa tahu nanti ada satu tuhan yang kena. Lumayan, kita bisa berbagi Sekerat untuk Kau, Sekerat untuk aku”
Saya juga teringat puisinya, berjudul Walau. Ini ia tulis di tahun 1979.
“Dulu pernah kuminta Tuhan dalam diri.?Sekarang tak.”
“Kalau mati? mungkin matiku bagai batu tamat, bagai pasir tamat.”
“Jiwa membumbung dalam baris sajak.
Tujuh puncak membilang bilang.”
“Nyeri hari mengucap ucap,? di butir pasir kutulis rindu rindu.”
“Walau huruf habislah sudah,? alifbataku belum sebatas Allah.”
-000-
Di tahun itu, saya menjadi ketua mahasiswa angkatan ‘81 Universitas Indonesia untuk Fakultas Teknik. Intensitas kegiatan agama di kalangan mahasiswa sangat tinggi. Ini terutama akibat Revolusi Islam di Iran yang dibawa Khomeini tahun 1979.