DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

PARTAI NASDEM: Politik Dagang Sapi di Indramayu, Sapinya Pun Cuma Ilusi

image
Anggota Komisi 1 DPR RI dari Fraksi NasDem sekaligus Anggota Dewan Pakar DPW NasDem Jawa Barat, Muhammad Farhan, aksi minta mahar adalah fitnah.

ORBITINDONESIA.COM - Kasus mundurnya para pengurus Partai Nasdem di Indramayu yang mengundurkan diri ramai-ramai menarik perhatian luas.

Hal ihwal yang melatar belakangi kasus partai Nasdem ini bikin geleng-geleng kepala.

Jadi ini soal pencalegan, soal nomor urut caleg Nasdem (calon anggota legislatif). Semuanya kepingin nomor urut 1, minimal nomor 2. Kenapa begitu? Karena sistem pemilihan dalam pemilu 2024 nanti - ada isu - bakalan dilakukan dengan sistem proporsional tertutup.

Baca Juga: Akan Diadakan Bedah Buku Kembara Penyair Ikhtisas, Jumat 16 Juni 2023

Apa bedanya dengan proporisonal terbuka, seperti yang kita alami dalam pemilu 2019 lalu. Gampang, dulu kita mesti memilih figur caleg. Siapa yang paling banyak dipilih konstituen maka dialah yang terpilih.

Yang penting partainya lolos PT (parliamentary threshold). Nomor urut caleg tidak penting lagi. Semua caleg punya kesempatan yang sama.

Sedangkan dalam sistem proporsional tertutup, pemilih hanya memilih logo partai saja, maka nomor urut caleg jadi penting. Dulu kita mengenal apa yang disebut dengan "nomor jadi" (yaitu nomor urut 1, atau 2). Caleg yang dapat nomor urut kecil punya kesempatan yang lebih besar untuk jadi.

Baca Juga: KPK Selidiki Dugaan Korupsi di Kementerian Pertanian, Seret Nama Mentan Syahrul Yasin Limpo, Begini Responsnya

Itu yang membuat pengurus daerah (ketua DPD) Partai Nasdem di Indramayu kecewa, lantaran ia tadinya dijanjikan nomor urut 1, tapi dalam perjalanan ternyata ia cuma dapat nomor urut di atas nomor 2.

Bukan nomor jadi istilahnya. Maka murkalah ia dan segenap pengikutnya yang jadi pengurus di Indramayu.

Halaman:
1
2
3

Berita Terkait