DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Jerry FG Bambuta: Makna Ketulusan di Tengah Era Oportunistik

image
Ilustrasi ketulusan di era oportunistik dan modernisasi.

Ketulusan adalah tanda kita memiliki "denyut kehidupan" sebagai seorang manusia. Kecerdikan adalah tanda kita memiliki "denyut kecakapan" sebagai manusia merdeka.

Kesepian paling tragis bukan hanya terputus hubungan dengan orang yang kita kasihi. Tapi ketika kita kehilangan "sense of crisis" terhadap kemanusiaan adalah "social loneliness" yang tragis.

Realita kemiskinan kerap mempertontonkan manusia tanpa baju di luar sana. Ironisnya, di luar sana, ada juga bertebaran baju-baju mewah. Sayangnya, di balik baju mewah tersebut malah bukan manusia karena denyut kehidupan kemanusiaan telah mati dalam diri mereka.

Baca Juga: Kenapa Miles Morales Diburu oleh Miguel O Hara dan Spider People di Film Spiderman Across the Spider Verse

Presiden Ghana, Nana Addo pernah berkata: "Masih lebih mudah menghidupkan perekonomian yang telah mati daripada menghidupkan kemanusiaan yang telah mati".

Jika kemanusiaan redup, maka residu tragedi akan selalu melahirkan dua peran, yaitu Penindas dan Tertindas. Penindas adalah mereka yang melupakan dan meninggalkan kemanusiaan-nya. Sedangkan, Tertindas adalah mereka yang kehilangan kemanusiaannya.

Jika sektor pendidikan formal/non formal di bangsa ini gagal memerdekakan, maka mimpi masa depan seorang yang tertindas adalah menjadi penindas kelak.

Sobat, mari renungkan. Masih adakah "denyut ketulusan hidup" dalam bilik nuranimu?

Oleh: Jerry F. G. Bambuta, Forum Literasi Masyarakat

Halaman:
1
2
3

Berita Terkait