DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Jerry FG Bambuta: Makna Ketulusan di Tengah Era Oportunistik

image
Ilustrasi ketulusan di era oportunistik dan modernisasi.

ORBITINDONESIA.COM - Modernisasi yang kian liberal cenderung membuat manusia makin opurtunis, tak heran jika manusia pun kerap menjadi predator terhadap sesama.

Menjadikan sesama menjadi tumbal di anggap halal untuk membangun imperium pribadi yang menjulang dalam kemegahan.

Kerap kali, imperium tersebut di bangun dengan darah, air mata dan peluh dari sesama yang di jadikan mangsa predatoris secara politik maupun ekonomi.

Baca Juga: SETI Mencari Kehidupan Berakal di Luar Bumi.

Kondisi di atas mendorong manusia modern cenderung menjadi materialistik, hedonistik dan individualistik. Nilai spiritual, nilai moral dan nilai kearifan lokal sebagai "denyut keadaban" terancam memudar.

Manusia modern kian meninggalkan identitas sebagai "homo socious" demi ber-evolusi primitif menjadi "homo homini lupus". Lantas, di manakah "ruang ketulusan hidup" harus menempatkan diri ketika era opurtunisme mdernisasi kian barbar?

Mengutip adagium seorang bijak spiritual, ia menyebut "cerdiklah seperti ular, dan tuluslah seperti merpati." Jika hanya menjadi cerdik tanpa ketulusan, maka kita tak bedanya sebagai makhluk predator buas penuh kelicikan yang kehilangan "sense of humanity".

Sebaliknya, jika kita hanya tulus tanpa kecerdikan, maka kita akan terbonsai sebagai individu inferior yang akan jadi mangsa empuk dari persaingan modernisasi yang barbar.

Baca Juga: Musim Kemarau Tiba, 8 Jenis Makanan Ini Cocok Dikonsumsi Agar Cegah Kulit Kering dan Bersisik

Kita harus cerdik agar tak tertipu dengan jebakan muslihat di tengah era penuh kepalsuan hari ini. Dan, kita harus tulus agar kita jadi bagian dari "kaum Sengkuni" penuh muslihat memperdaya orang demi perut pribadi.

Halaman:
1
2
3

Berita Terkait