Membedah Pemikiran Denny JA tentang Agama di Era Google
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 02 Juni 2023 08:32 WIB
Gaus menuturkan, negara harus hadir di tengah masyarakat dan konsisten menegakkan hukum. Setiap kekerasan terhadap keberagaman harus dihukum sehingga masyarakat melihat bahwa negara memang konsisten dalam menciptakan kultur jera bagi pelaku kekerasan dan mendorong iklim kebebasan.
Namun iklim kebebasan itu tidak boleh selamanya top down melainkan harus dibangun oleh masyarakat sendiri.
Karena itu Gaus sepakat dengan Denny JA bahwa keberpihakan negara pada moderasi beragama haruslah hanya sementara. Karena dalam jangka panjang negara harus netral agama. “Saya setuju dengan Denny bahwa untuk tahap sekarang kita masih dapat memaklumi langkah negara untuk memilih memajukan paham moderasi agama.
Namun, sekali lagi, sifatnya hanya sementara saja untuk merespon kondisi darurat bahwa Indonesia sudah dinilai sangat buruk dalam isu permusuhan sosial (social hostility) karena perbedaan agama ataupun paham keagamaan,” kata Gaus.
Acara yang dipandu oleh Mohammad Agung Ridlo ini berlangsung meriah dengan munculnya beragam tanggapan dari para peserta yang terdiri dari mahasiswa, dosen, wartawan, dan anggota Satupena Jawa Tengah.
Selain itu, juga diramaikan dengan pembacaan puisi antara lain oleh Tina Nursari, Warsit MR, dan Fransisca Ambarwati.
Ketua Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Jawa Tengah, Drs. KH Taslim Syahlan, MSi. yang hadir di acara tersebut menyambut gembira pelaksanaan bedah buku mengenai isu hubungan antaragama dengan kata kunci yang sangat kuat dari Denny JA bahwa agama-agama adalah warisan kultural milik bersama umat manusia.
“Kami di Jawa Tengah sudah mengamalkan itu dalam kehidupan sehari-hari, dan terus menyuarakannya di tingkat akar rumput.
Dan salah satu hasilnya, FKUB Jawa Tengah meraih penghargaan Harmony Award dari Kementerian Agama pada tahun 2021,” tegasnya.
Sembilan Pemikiran Denny JA