DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Iyyas Subiakto: Jokowi Itu Singa, Jadi Dia Tidak Memimpin Anjing

image
Presiden Jokowi di KTT ASEAN di Labuan Bajo.

ORBITINDONESIA.COM - Kita masih fresh mengingat saat Pak Jokowi masuk gelanggang pilpres 2014. Mungkin saat itu para lawan sudah menghitung bahwa manusia yang dikatai plonga plongo itu bukan kelas tikus.

Makanya sampai ada tabloid Obor Rakyat yang sengaja dibuat hanya untuk memfitnah Jokowi.

Hasil fitnahnya keluar bahwa Pak Jokowi anak PKI, anak Cina Singapura, Ibu Sudjiatmi dibilang bukan ibunya Pak Jokowi. Ngeri...

Baca Juga: M Erick Antariksa: Sampai Saat Ini Saya Tak Percaya Prabowo Sudah Berubah

Singa itu diam. Dia membaca yang menyalak itu suara apa. Ternyata naluri dan indranya benar, itu suara anjing yang bukan tandingannya. Menyalak tapi tak menapak.

Memimpin Indonesia itu musuhnya bukan bangsanya, tapi bisa negara tetangga atau negara di dunia yang mengancam Indonesia.

Sekarang semua jadi fakta. Kita diserang negara Eropa karena kebijakan Pak Jokowi bisa membuat mereka merana. Tapi Pak Jokowi akhirnya diakui dunia.

Kebayang kalau Pak Jokowi orang berangasan dan tersinggungan. Akan habis waktunya medeladeni kelas anjing pinggir jalan, yang berak, kencing, makan, di selokan. Menyalak dengan suara parau, padahal dirinya tak pernah bermanfaat untuk hanya membuang rintangan di jalan.

Baca Juga: Panglima TNI Laksamana Yudo Margono Mutasi 18 Perwira Tinggi, Ini Daftarnya

Kita kenal banyak orang jenis ini, kelas kerak pinggir jalan. Entah apa yang dibuatnya, tapi mereka bisa merasa lebih hebat dari Pak Jokowi.

Kena gangguan supranatural atau kesambet, beda tipis sepertinya. Tapi kita sudah paham, jenis makhluk begini ini ya sebenarnya manusia jadi-jadian, atau manusia setengah jadi. Makanya kalau bicara, dia lupa diri bahwa dia itu tak seujung kuku hitam Jokowi.

Lha, sekarang sang pemimpin akan meninggalkan podium. Dia tak berlama-lama di sana. Dia bukan kelas rakus berkuasa, walau kita merasa masih membutuhkannya dua atau tiga periode lagi. Tapi dia jentel, karena tahu banyak yang kemecer.

Ada yang terus mau nyapres. Ada yang sampai menjual keturunan. Nenek moyangnya tiap hari diganti, semua demi ambisi. Lucu tapi ya nyata. Sampai sulit menyebutnya, ini jenis makhluk apa.

Baca Juga: Otorita Ibu Kota Nusantara dan Investor Dubai Teken Penanganan Limbah

Pak Jokowi membenahi, merefondasi, dan dia tahu tidak gampang mencari pengganti. Makanya dia harus jadi mentor yang benar, bukan sekedar mendampingi karena punya kepentingan pribadi.

Ganjar itu dimentori Pak Jokowi. Hasilnya kita lihat nanti. Rapornya sudah bisa dibaca angkanya. Kalau masih ada yang dibawah rata-rata, tidak apa. Bahkan kalau ada yang merah, biasa juga.

Semua proses akan berjalan. Nanti kita lihat, Ganjar maju jalan atau berhenti di tengah jalan, semua ada campur tangan Tuhan. Bukan karena lolongan suara jangkrik pinggir jalan.

Kita dorong kebenaran yang sudah diajarkan Pak Jokowi, baik dalam berpolitik, bersikap, dan tidak korupsi.

Baca Juga: Dokter Terawan Agus Putranto: Bagaimana Diabetes Dapat Menyebabkan Kematian

Ini yang harus diteruskan Ganjar, ditambah nanti sesuai kebutuhan. Tidak perlu juga mengatakan kita perlu perubahan. Semua harus jelas dan bertujuan, dan semua itu tidak bisa dicapai dengan omongan sambil rebahan.

Coba berkaca sekarang, Anda masih anjing atau sudah jadi serigala. Atau malah jadi musang berbulu domba. Karena memang itu kelas dan aslinya.

Singa memimpin singa. Kami ada di sana. Kalau kalian masih menyalak, kami tahu karena lambung Anda cekak.

Kami punya pemimpin, kalian hanya Upin Ipin. He..he.. Maaf.

(Oleh: Iyyas Subiakto) ***

Berita Terkait