Hukum Roux tentang Karate, Kenapa Karateka Kuat Fisik dan Mental
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Kamis, 04 Mei 2023 09:10 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Satu di antara hukum-hukum alam pengendali latihan Karate adalah Hukum Roux.
Hukum Roux mengajarkan bahwa gerakan-gerakan yang dilakukan secara teratur, terukur, terstruktur, dan berlanjut –seperti latihan Karate --menimbulkan perubahan-perubahan fisiologis (faali) yang menetap (PFM) di dalam badan seorang karateka.
Alias, bisa karena biasa; biso jalaran soko kulino. Ini prinsip penerapan Hukum Roux dalam Karate dengan bahasa yang sederhana.
Baca Juga: Jadwal Pertandingan Liga Inggris Pekan ke 35: Arsenal dan Man City Masih Berpeluang Juara
PFM ini merupakan hasil latihan, mulai dari yang dapat disadari dan kasat mata (DKM) sampai yang tidak disadari dan tidak kasat mata (TDKM).
Contoh PFM DKM adalah massa otot yang bertambah dengan kekuatan yang bertambah pula. Contoh PFM TDKM adalah meningkatnya kemampuan pengendalian keseimbangan badan ketika melakukan teknik-teknik yang sulit/komplek.
Teknik ushiro mawashi geri (tendang putar ke belakang) misalnya, biasanya baru bisa dilakukan setelah seorang Karateka mampu melakukan teknik ushiro geri (tendang sodok ke belakang) ratusan kali.
Kedua teknik itu biasa diajarkan pada tahun kedua latihan. Selanjutnya, teknik tendangan terbang memutar ke belakang (tobi ushiro mawashi geri) baru bisa dikuasai setelah seorang Karateka mampu melakukan ushiro mawashi geri.
Baca Juga: Kementerian Urusan Islam Arab Saudi Luncurkan Pameran Al Quran di Brasil
Jadi ada persyaratan berjenjang dan bertahap untuk penguasaan teknik-teknik yang sulit. Tidak bisa melompat.
Pada awal melakukan ketiga teknik tersebut biasanya badan karateka akan bergoyang tidak seimbang dan cenderung nyaris jatuh atau jatuh beneran.
Tetapi lama-lama tanpa disadari, setelah gerakan ke sekian ratus atau ribu kali (tergantung bakat dan keseriusan berlatih), ketiga teknik itu bisa dilakukan dengan smooth, full speed, strike the target (S3). Sempurna.
Skill S3 ini menandakan meningkatnya kemampuan kendali keseimbangan badan, yang biasanya tidak disadari kapan persisnya datang tercapai.
Baca Juga: Webinar Satupena Akan Diskusikan Pentingnya Kanon Literasi Bagi Bangsa
Itu berkaitan dengan perubahan fisiologis-sinerjis menetap pada beberapa persendian dan otot kaki-tangan-pinggul-bahu-leher, serta kimiawi cairan sumsum tulang belakang yang terhubung ke otak.
Rahasia di balik S3 ini adalah semangat dan serius berlatih alias persisten. Ini sejalan dengan wejangan orang tua dalam masyarakat (local wisdom) Jawa: "sopo wonge sing mbiasaake nahan luwih bakal entuk linuwih (siapa yang biasa menahan lapar akan mendapatkan kemampuan lebih)".
Skill S3 ini, langsung maupun tidak, tidak hanya bermanfaat untuk urusan urusan kesehatan dan beladiri tapi juga keselamatan, keamanan, dan produktivitas everyday life.
(Mengutip KOMNASTOL) ***