Imam Shamsi Ali: Memaknai keberkahan Ramadan dan Keistimewaan Al Quran
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 28 April 2023 01:50 WIB
Al-Qur’an pula yang merubah Bilal Ibnu Rabah dari seseorang dengan mentalitas yang hina menjadi seseorang dengan mentalitas yang penuh izzah (kemuliaan). Pada tataran kolektif Al-Qur’anlah yang merubah Jazirah Arab dari kegelapan ke cahaya yang terang benderang (minaz zulumat ilan nuur).
Pengalaman Dakwah di Amerika membuka mata betapa dahsyatnya Al-Quran merubah manusia. Dari seseorang yang marah dan benci menjadi seseorang yang simpati bahkan menerima, mencintai dan membela kebenaran.
Satu contoh yang pernah saya sampaikan adalah seseorang yang saya temui 4 hari Pasca Peristiwa 9/11. Hari itu adalah hari Jumat.
Baca Juga: Hmmm, Bekas Rektor Unila Karomani Dituntut 12 Tahun Penjara
Di pagi hari saya bersama beberapa tokoh agama New York diminta mendampingi Presiden Bush mengunjungi Ground Zero. Lalu di sore hari ada “memorial service” atau mendoakan mereka yang ditimpa musibah dengan serangan itu.
Singkatnya Setelah saya berdoa saya di datangi oleh seorang pria berkulit putih dan mengenalkan diri sebagai Muslim. Awalnya saya tidak Percaya. Bahkan curiga jangan-jangan dia mata-mata atau FBI.
Setelah acara selesai saya dekati dan bertanya: “Kapan anda masuk Islam?”. Saya terkejut dengan jawabannya: “baru hari kemarin”.
Saya terkejut karena hari-hari itu orang-orang Amerika marah, curiga dan membenci Islam. Kok bisa masuk Islam?
Baca Juga: Webinar Satupena, Satrio Arismunandar: Latihan Tai Chi Memberi Manfaat Secara Mental dan Emosional
Jawabannya adalah karena Al-Qur’an. Menurutnya pada hari kejadian 9/11 dia menonton salah satu kanal TV Amerika. Dan salah seorang penyiar (anchor) TV itu menyebut pelaku teror itu terinspirasi oleh Al-Qur’an.