Imam Shamsi Ali: Memaknai keberkahan Ramadan dan Keistimewaan Al Quran
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 28 April 2023 01:50 WIB
Satu, bahwa Al-Qur’an itu adalah Kalam Allah. Sehingga Kalam yang lain dengan sendirinya tersisihkan (excluded). Bahkan kalam (Kata-kata) Muhammad SAW juga tidak menjadi bagian dari Al-Qur’an.
Kedua, bahwa Al-Qur’an itu adalah mu’jizat terpenting dan terutama Rasulillah SAW. Mu’jizat yang bersifat abadi dan hadir pada masa-masa yang menantang. Di saat bahasa manusia menjadi keangkuhannya Al-Qur’an hadir menantang dengan bahasa yang mengalahkan (mu’jiz).
Ketika keilmuan manusia menjadi keangkuhan, Al-Qur’an hadir menantang dengan fakta-fakta keilmuan yang mengalahkan (mu’jiz). Demikian seterusnya.
Baca Juga: Bekas Wakil Rektor Heryandi dan Ketua Senat M Basri Unila Dituntut 5 Tahun Penjara
Ketiga, bahwa Al-Qur’an itu diturunkan kepada Muhammad SAW. Dengan demikian semua pengakuan akan adanya wahyu yang diturunkan kepada selain Muhammad batal dengan sendirinya. Termasuk pengakuan kaum syiah tentang 1/3 wahyu yang diturunkan kepada Ali (Karramallahu wajhah).
Keempat, bahwa membaca Al-Qur’an itu berbeda dari membaca buku-buku atau kitab lainnya. Hanya Al-Qur’an yang ketika membacanya bernilai ibadah. Bahkan setiap huruf bernilai 10 pahala seperti yang disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW.
Jika kita mengkaji makna-makna kemu’jizatan Al-Qur’an maka pembahasannya tidak akan habis. Saya hanya ingin menyampaikan sekali lagi bahwa kemu’jizatan Al-Qur’an yang terpenting Al-Quran ada pada “al-i’jaaz ar-ruuhi” atau kemu’jizatan ruhiyah.
Yaitu sebuah kekuatan batin yang membawa perombakan dahsyat dalam kehidupan manusia. Baik pada tataran individu maupun jama’ah (publik).
Al-Qur’anlah yang mengubah Umar Ibnu Khattab dari kejahilan yang dalam menjadi seorang Umar Al-Faaruuq.