Dr HM Amir Uskara: Idul Fitri dalam Perspektif Ekonomi dan Keadilan Sosial
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Sabtu, 22 April 2023 00:33 WIB
Kalimat Tauhid sebagai deklarasi kesatuan dan persatuan umat -- kata Buya Syakur Yasin di kanal tivi Wamimma -- kini telah didegradasi menjadi sekelumit kata "dua syahadatain" yang eksklusif, nyaris tanpa perspektif (Ketuhanan dan Kerasulan Muhammad untuk memperbaiki akhlak manusia).
Dampaknya, manusia tak hanya serakah terhadap harta dan kuasa. Tapi juga serakah terhadap agama dan ibadah.
Salah satu contoh paling ril di tengah umat Islam Indonesia, muslim yang kaya menunaikan ibadah haji dan umrah berkali-kali dengan biaya mahal. Padahal di sekitar rumahnya masih banyak orang miskin yang membutuhkan pertolongan ekonomi.
Idul Fitri, kalau kita renungkan, mengingatkan kita pada kondisi ekonomi yang harus diperbaiki paradigma dan konsepnya.
Baca Juga: Jelang Laga Arsenal vs Southampton, Mikel Arteta Yakin Pekan 32 Jadi Momen Kebangkitan The Gunners
Konsep ekonomi bukan melulu pasar bebas, bukan melulu menimbun kekayaan, bukan melulu eksploitasi buruh murah, bukan melulu mengekstrak kulit bumi untuk diambil batu bara, minyak, dan logamnya.
Bukan itu semua. Ekonomi adalah pendistribusian kekayaan alam secara adil, manusiawi, dengan basis kesederhanaan.
Guru Mahatma Gandhi menyatakan, bumi Tuhan mampu memberi kesejahteraan semua penghuninya. Tapi tidak mampu untuk memenuhi keserakahannya.
Puasa Ramadhan sebulan penuh merupakan kilas balik mengenang "conditio sine quanon" untuk membangun Ekonomi Fitri yang terlupakan. Dan Idul Fitri adalah hari pertama bagi umat Islam untuk kembali melaksanakan ekonomi Fitri yang kini terpinggirkan itu.
Baca Juga: Profil Lengkap Ema Sumarna, Sosok Wali Kota Bandung Terbaru Setelah Yana Mulyana Terciduk KPK