Dr HM Amir Uskara: Idul Fitri dalam Perspektif Ekonomi dan Keadilan Sosial
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Sabtu, 22 April 2023 00:33 WIB
Yang disebut musuh Islam di sini adalah kabilah-kabilah yang tidak mau diajak damai, arogan, intoleran, memusuhi Islam, dan destruktif. Jika perangai kelompok ini dibiarkan, maka merusak bangunan umat yang sedang ditegakkan Chiefdom.
Sejarah Islam mencatat, seorang pemimpin Yahudi dari Kabila Qainuqa, Mukhairiq, ikut berperang membela Rasul. Bahkan ia sengaja menjadi tameng Muhammad dari sabetan pedang musuh. Mukhairiq, karena luka parah akhirnya meninggal.
Sebelum wafat, ia berpesan kepada Nabi, agar hartanya dipakai untuk kepentingan Chiefdom. Karena harta Mukhairiq sangat banyak, Muhammad memutuskan membangun Baitul Mal di masjid Nabawi. Dari sinilah Baitul Mal pertama umat Islam berdiri. Modalnya dari umat Yahudi tadi.
Kelak Baitul Mal ini menjadi "Center of Welfare Economics" umat Islam. Baitul Mal menampung sadaqah, infak, zakat, hibah, dan lain-lain, kemudian harta yang terkumpul dipakai untuk kesejahteraan ekonomi umat.
Pada tahap inilah, ujar Guru Gembul di podcastnya, Muhammad memperkenalkan Islam secara elegan. Menyejahterakan orang miskin, menghormati semua manusia, dan mendistribusikan ekonomi secara adil. Dari situlah Islam didakwakan. Umat pun suka cita mengikutinya.
Ekonomi profetik -- pinjam istilah EF Schumacher penulis buku monumental Small is Beautiful -- sebetulnya sederhana. Ekonomi adalah distribusi harta dan upaya-upaya mendapatkannya dengan konsep sederhana.
Ekonomi berhasil ketika kehidupan manusia tercukupi secara nutrisi, secara alami, dan secara manusiawi. Itulah prinsip ekonomi Fitri.
Sayangnya, seiring perkembangan teknologi dan ambisi manusia, ekonomi Fitri porak poranda. Politik dan kekuasaan yang ambisius merontokkan semua bangunan kemanusiaan yang diinisiasi Nabi.
Baca Juga: Ganjar Pranowo Resmi Capres PDIP, Para Pembenci Ganjar Tidak Tinggal Diam