Dedolarisasi untuk Keseimbangan Ekonomi dan Politik Global
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Selasa, 18 April 2023 04:24 WIB
"Siapa yang memutuskan bahwa dolar AS adalah mata uang (perdagangan) setelah berakhirnya paritas emas?” ujar Presiden Brasil tersebut.
Lula da Silva menilai, saat ini beberapa negara perlu membuat dirinya menjadi lebih tenang, alih-alih mengejar dolar AS hanya untuk melakukan ekspor yang seharusnya dapat dilakukan dengan mata uangnya sendiri.
Kecemasan Yellen terhadap dedolarisasi memang nyata. Langkah memperkecil dominasi dolar AS di perdagangan internasional saat ini terus diupayakan negara-negara BRICS.
Ini bisa membuat nilai dan kredibilitas mata uang AS tersebut terganggu. Aliansi BRICS telah menggaungkan niatnya untuk menggeser dolar AS dari perdagangan global. Mereka ingin hadirkan mata uang baru.
Baca Juga: Simak 10 Tema Menarik Acara Halal Bihalal Idul Fitri 2023 Terbaru, Dapat Langsung Dipakai Gratis
Ternyata langkah BRICS mendapat sambutan luas. Beberapa negara tertarik untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS, seperti negara Malaysia, Iran, Indonesia, Arab Saudi dan Prancis.
Berdasarkan laporan Watcher News, kini PDB dari anggota BRICS dan mata uang potensial mereka menjadi ancaman besar baru bagi dominasi dolar AS.
Diketahui, PDB dari gabungan anggota BRICS telah mengalahkan PDB dari gabungan anggota G7. Sekadar informasi, anggota G7 adalah Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman, Jepang, Kanada, dan Italia.
Anggota BRICS saat ini memiliki 41 persen dari total populasi dunia, dan menyumbang sekitar 16 persen dari perdagangan internasional. Sementara, 31,5 persen PDB global berasal dari BRICS, jauh lebih tinggi dari G7, 30,7 persen.