Di Balik Penerbitan Buku Mustika Rasa Era Soekarno
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Rabu, 06 Juli 2022 18:21 WIB
ORBITINDONESIA - Buku memang punya kekuatan untuk menggerakkan. Selain menjadi alat penyampai pengetahuan, tak jarang buku juga menjadi alat politik, baik yang sifatnya baik maupun sebaliknya.
Dalam sejarah penerbitan buku di Indonesia, salah satu buku yang dapat dikatakan menjadi alat peredam situasi politik dan ekonomi, sekaligus mengkampanyekan kesatuan dalam kebinekaan, adalah Mustika Rasa.
Buku setebal 1.123 halaman ini menyajikan resep-resep kuliner Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke.
Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Poros KIB Menang di Kalangan Pengguna Facebook dan Whatsapp
Dilansir dari Kompas.com yang mengutip dari Jejak Rasa Nusantara yang ditulis Fadly Rahman, proyek pembuatan buku Mustika Rasa bermula ketika Menteri Pertanian Brigadir Jendral Dr. Aziz Saleh mengirimkan memo ke staf di Kementeriannya, Sunardjo Atmodipuro dan Harsono Hardjhutomo pada 12 Desember 1960.
Memo tersebut berisi instruksi agar Lembaga Tehnologi Makanan (LTM) menyusun satu buku masak yang lengkap untuk seluruh Indonesia.
Diambil dari berbagai sumber, setidaknya motif instruksi memo tersebut ada dua. Pertama, sebagai kontranarasi gonjang-ganjing karena pemberitaan asing, yang menyudutkan pemerintahan Soekarno dengan berita-berita kelaparan di Indonesia.
Saat itu, pemerintah pun melarang media lokal untuk memberitakan tentang kelaparan. Pada 1963, Soekarno mengatakan, pemberitaan terkait hal itu oleh media asing adalah sebuah kebohongan.
Baca Juga: Sri Lanka Bangkrut Dalam Krisis Keuangan Terburuk
Kemudian, karena terjadi Gerakan 30 September 1965 yang menyebabkan pemerintah Soekarno di ujung tanduk, penerbitan buku masakan ini dilakukan dengan tergesa saat Soekarno masih menjabat sebagai kepala negara.
Kedua, untuk alasan kebinekaan, sekaligus kampanye untuk memaksimalkan bahan pangan, sesuai kebutuhan di masing-masing daerah. Seperti yang disampaikan J.J Rizal, ini karena Indonesia adalah negara yang penuh keragaman dan subur makmur.
Melalui Kumparan.com, Prof. Murdijati Gardjito menjelaskan, “Suatu hari, Presiden Soekarno berpikir kalau Indonesia negara yang makmur, namun bagaimana supaya bahan pangan ini bisa maksimal. Inilah awalan dicanangkannya Buku Mustika Rasa.”
Untuk penyusunan buku tersebut, Panitia Buku Masakan Indonesia pun dibentuk pada 1961, yang dibantu oleh Departemen Pertanian.
Baca Juga: Nathalie Holscher Belum Pulang, Sule: Pasrahkan kepada Yang Maha Kuasa
Tercantum dalam Mustika Rasa, para panitia menghimpun data melalui angket/survei kepada pamong praja, organisasi-organisasi perempuan, dan sekolah-sekolah kewanitaan dari berbagai penjuru Indonesia.
Proses pengumpulan data itu dimulai pada 1961, dan kemudian diterbitkan pada 1967.
Selain alasan politik, hal ini juga karena mengumpulkan seluruh resep yang ‘tercecer’ di berbagai daerah, lalu menyatukannya dalam satu buku, bukanlah hal yang mudah. Banyak tantangan, termasuk proses verifikasi, yang menyita banyak waktu, tenaga, dan biaya.
Resep-resep yang tertulis dalam Mustika Rasa dibagi menjadi beberapa golongan. Mulai dari makanan utama, lauk pauk basah berkuah, tidak berkuah, gorengan, bakar-bakaran, sambal, jangan, hingga minuman.
Baca Juga: Pemerintah PM Boris Johnson Terpuruk Akibat Krisis dan Skandal
Tak hanya itu, tata dapur yang baik, gizi, jajanan, dan serba-serbi ilmu tata boga lainnya, juga disebutkan dalam buku ini. Total, ada sekitar 1.650 resep masakan Indonesia yang terangkum dalam kitab kuliner ini.***
Judul Buku : Mustika Rasa: Resep Masakan Indonesia Warisan Soekarno
Pengantar : JJ Rizal
Tahun Terbit : 2016
Penerbit : Komunitas Bambu
Sumber: Aplikasi Buku Pintar AHA
Peringkas: Hana Hanifah