DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Alex Runggeary: Booker Prize dan Gaungnya

image
Ilustrasi buku-buku yang memenangkan Booker Prize 2023.

ORBITINDONESIA.COM - Dua hari kemarin Booker Prize menerbitkan - long list - karya fiksi penulis Inggris dan Irlandia termasuk juga Skotlandia. Atau penulis asal negara lain dalam - bahasa Inggris - yang diterbitkan di Inggris.

Walaupun Booker Prize tak sebanding Nobel Prize, ia selalu mendapat perhatian luas dari kalangan penulis. Bahkan - long list ini - dibahas pada diskusi diskusi sastra secara luas khususnya di Inggris

Tahun ini ada beberapa karya penulis asal Irlandia di Booker Prize. Mereka selalu mendapat perhatian pembaca karena karya mereka yang menggugah kehidupan pembacanya secara pribadi dalam satu dan lain bentuk.

Baca Juga: Aliansi Mahasiswa Sultra: Hashim Djojohadikusomo Bohongi Rakyat dan Catut Nama Presiden Jokowi

Long list tahun 2023 ini ada nama seorang penulis asal Malaysia - Tan Twain Eng - dengan karyanya The House of Doors yang diangkat dari kisah nyata. Tan adalah seorang Jaksa yang tentu saja menggunakan pengalamannya membangun plot dan konflik yang mengasyikan pembacanya

Long list Booker Prize tentu saja akan mengalami seleksi sehingga keluar - short list - pemenangnya akan diumumkan Oktober mendatang. Bersamaan waktu dengan pengumuman pemenang Nobel Prize.

Ternyata Booker Prize tidak ada gaungnya di Indonesia. Tentu saja dengan berbagai alasan. Alasan yang menarik adalah penduduk kita tak memiliki minat baca. Apalagi buku berbahasa Inggris.

Pernah diterbitkan urutan negara negara yang penduduknya tak memiliki minat baca. Dan kita Indonesia menduduki ranking ke-62 (?) Termasuk nomor buntut.

Kalau pembaca tak ada, lalu untuk apa gunanya menulis? Reaksi yang wajar. Dan itu sebabnya kita kekurangan penulis. Khususnya penulis yang mengandalkan hidupnya pada menulis, sebagai motivasi untuk menghasilkan karya terbaik.

Baca Juga: Patung Soekarno Setinggi 100 Meter akan Dibangun di Bandung Barat, Berdiri di Lahan Perkebunan Walini

Belum lagi pelbagai halangan teknis yang menghadang seperti pajak dan tentu perkembangan teknologi digital. Tapi hal terakhir ini juga ada di negara lain. Namun mereka memilih buku.

Di Irlandia dan Sewdia pemerintah memberikan motivasi kepada para penulisnya. Di Swedia pemerintah akan membeli 2.500 copy buku untuk negara dan ditempatkan dipelbagai Perpustakaan dan sekolah sampai ke pelosok. Itu bantuan yang luar biasa kepada para penulis. Mereka akan terus menulis karena model perhatian seperti ini.

Gaung Booker Prize sementara ini belum sampai ke Indonesia. Apakah ini juga memberikan indikasi strata budaya baca?

(Oleh: Alex Runggeary) ***

Berita Terkait