Ganjar Pranowo, Wujud Kesetiaan yang Abadi
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Selasa, 11 Oktober 2022 12:40 WIB
ORBITINDONESIA - Steven Gerrard, Paul Scholes, Paolo Maldini, Francesco Totti. Empat pemain ini dikenal hanya bermain di satu klub sepanjang kariernya. Kesetiaan membuat mereka jadi legenda di atas legenda klub lainnya.
Namanya abadi di hati fans. Dihormati setinggi langit karena kesetiaan mereka, tak hanya oleh suporter klub tapi juga rival.
Manusia loyal, manusia setia, pasti istimewa di mata manusia lainnya. Memiliki kesetiaan adalah pencapaian yang tidak mudah. Ada ego yang harus di redam. Ada nafsu yang kudu dipendam.
Baca Juga: Kulit Termasuk Organ Penting yang sering Dilupakan, Cek Tips Perawatannya Ala Dokter di Sini
Godaan datang silih berganti. Tapi pada akhirnya semua harus diikhlaskan. Kesetiaan adalah prinsip yang tak bisa ditawar.
Loyalitas tak hanya di dunia sepakbola. Politik juga ada. Ketika banyak politikus berpindah partai demi nafsu berkuasa, ada sebagian kecil yang tetap setia meski harus menanggung derita.
Ganjar Pranowo satu di antaranya. Jika saja kemarin dia mengangguk pada Surya Paloh. Namanya lah yang diumumkan Nasdem sebagai bakal calon presidennya.
Tapi karena Ganjar bergeming. Setia pada PDIP. Nasdem yang tidak sabar akhirnya memalingkan muka. Memilih Anies Baswedan yang memang disiapkan sebagai cadangannya.
Baca Juga: Ingin Awet Saat Punya Mesin Cuci? Ikuti Tips Perawatannya Berikut Ini
Padahal kalau dipikir. Ada banyak sekali alasan kuat yang bisa mendorong Ganjar keluar dari partai besutan Mega. Selama ini dia sudah dikucilkan, tak diundang di acara partai.
Kader-kader elit di Jakarta nyinyir dengan kalimat yang menyakitkan hati. Dia dianggap kader yang mbalelo, kemajon, dan tak patuh aturan.
Rangkaian penzaliman yang berpangkal pada satu hal: elektabilitas Ganjar lebih tinggi dari Tuan Puteri.
Namun rupanya, segala kejahatan yang diterimanya tak dianggap sebagai alasan bagi Ganjar untuk keluar. Sebaliknya. Dia justru menyodorkan setumpuk alasan mengapa harus loyal pada Megawati.
Baca Juga: Surat Terbuka untuk Ibu Megawati Soekarnoputri dan Puan Maharani
Ganjar bercerita dari mana dia berasal. Anak polisi kroco yang tak punya jabatan. Putra dari seorang ibu penjual bensin eceran.
Yang hutangnya menumpuk di warung tetangga. Yang kuliahnya sempat berhenti karena tak punya biaya.
Tapi dengan latar belakangnya yang papa. Ganjar bisa menapak karier tinggi yang bahkan tak pernah dibayangkannya. Dia menjadi anggota DPR dua periode.
Anak kampung Tawangmangu di lereng Gunung Lawu itu kini menjadi pemimpin tertinggi Jawa Tengah.
Baca Juga: Jangan Sampai Salah, Ini Perbedaan Ciri Alergi dengan Batuk dan Pilek Biasa
Semua itu karena PDIP. Karena begawan politik seperti Mbah Tardjo yang menempanya sejak masih mahasiswa. Karena Alm Taufiek Kiemas yang dulu selalu memarahinya ketika malam-malam cangkruk di rumahnya.
Dan jelas, karena Megawati yang memberinya kesempatan belajar, berkembang, dan mempercayainya untuk maju sebagai DPR dan Gubernur.
Benar bahwa Ganjar dikaruniai wajah rupawan, rambut putih yang membuatnya diidolakan, bakat pidato yang mengesankan, keluwesan komunikasi dengan setiap lapisan, keenceran otak yang membuatnya sat set mengurai setiap permasalahan.
Semua modal itu bagi orang lain bisa jadi menjadikannya sombong, ujub, dan takabur. Merasa bahwa semua pencapaian adalah berkat kerja keras dan pengorbanannya sendiri.
Baca Juga: Humor: Penyebab Rambut Teman Jadi Botak
Tapi Ganjar tidak. Dia selalu 'ndelok githok'. Sampai kapan pun Ganjar akan selalu hormat dan tunduk pada guru dan mentornya. Tak akan pernah ia selingkuh atau menyakiti mereka.
Ganjar yang sudah mengidolakan Soekarno dan Megawati sejak masih mahasiswa. Sudah berideologi Marhaen sejak PDI belum ditambah huruf P. Sampai kapan pun akan tetap PDIP.
Sebenarnya tak mengherankan melihat Ganjar menunjukkan kesetiaan. Sebab sejak mula karakternya demikian. Dia bukan orang yang silau harta. Atau mudah kepincut kuasa.
Dia bukan Anies yang dengan cepatnya berpindah sana sini. Dari pengikut Jokowi, banting stir jadi pembantu Prabowo. Kini Prabowo pun dihianati untuk membangun poros baru bersama Surya Paloh.
Baca Juga: Jurgen Klopp Tak Yakin Bisa, Liverpool Nyerah Kejar Gelar Juara Liga Inggris?
Tapi Ganjar tidak. Kesetiaannya abadi. Dia bahkan tak peduli. Jika kesetiaannya itu membuatnya gagal menjadi presiden. Toh dia tidak pernah berambisi.
Namanya masuk bursa karena rakyatlah yang menghendaki. Ia sosok yang dicintai sehingga elektabilitasnya tinggi.
Kekuasaan memang bukan untuk dikejar. Semua sudah ada yang mengatur. Kalau memang takdirnya jadi, tak perlu sikut sana sini, pasti akan jadi.
Manungsa mung sak derma ngelakoni, mugi Gusti Allah ngijabahi.
(Dikutip dari medsos anonim oleh OrbitIndonesia). ***