Pepih Nugraha: Sambo dan Runtuhnya Kebanggaan Subjektif Kami
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Minggu, 14 Agustus 2022 04:37 WIB
ORBITINDONESIA - Kolumnis Pepih Nugraha, dalam tulisannya yang disebar di medsos, 14 Agustus 2022, menyataklan: Mungkin terlalu jauh mengaitkan jatuhnya seorang Ferdy Sambo, jenderal polisi bintang dua yang tiba-tiba menjadi pesakitan dengan Donna Haraway.
"Tentu bukan membandingkan sosok mereka yang pasti tidak "nyambung" -satu polisi berpangkat, satunya lagi ilmuwan ternama- melainkan pendapat yang pernah dikemukakan profesor Amerika Serikat yang banyak mengkaji manusia dan perkembangan teknologi itu," tulis Pepih Nugraha.
Dalam buku "When Species Meet" Haraway mengemukakan tentang jatuhnya kebanggaan subjektif manusia, "di mana intinya manusia yang semula menganggap diri sebagai makhluk paling super di jagat ini, ternyata tidak ada apa-apanya," lanjut Pepih Nugraha.
Baca Juga: Prinsip Kehidupan: Kita Seperti Kupu Kupu yang Tak Tahu Warna Sayapnya Sendiri
Doktrin manusia sebagai "superhuman" ("Ubermensch" menurut istilah Friedrich Nietzsche) dalam filsafat maupun agama (keyakinan), ternyata makhluk yang sedemikian lemah, bahkan tak berdaya menghadapi apa yang disebut Haraway sebagai "Cyborg", mesin yang memiliki artificial intelligence super.
Runtuhnya kebanggaan subjektif manusia dimulai dengan Nicolaus Copernicus yang menyingkirkan anggapan bahwa Bumi tempat manusia berpijak adalah pusat semesta (kosmos) dan tata surya.
Keyakinan usang yang sempat diyakini penguasa keyakinan (agamawan) saat itu "mrotol" dengan hadirnya Copernicus dengan segala konsekuensi yang harus ditanggungnya.
Penyebab runtuhnya kebanggaan subjektif manusia berikutnya adalah hadirnya Charles Darwin dengan teori evolusinya.
Semula, anggapan bahwa manusia makhluk paling mulia di dunia ini, ternyata di mata Darwin manusia adalah makhluk yang sama-sama pernah pernah mengalami evolusi yang sama dengan primata lainnya.