Kisah Pendukung Militan Anies yang Beralih Mendukung Jokowi
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 24 Juli 2023 16:10 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Kemarin ada teman cerita soal Anies Baswedan. “Sejak dia berkuasa, hampir semua hal yang strategis dia buat ngambang. Dia hanya nampak tegas di media massa. Tetapi faktanya tidak ada yang jalan. Tidak ada keputusan yang strategis yang dia buat. Saya yakin Anies tidak akan mungkin bisa dua periode,“ katanya dengan nada kesal.
Saya maklum teman ini kesal. Tadinya dia pendukung paling militan menjatuhkan Ahok. Karena kesal kebijakan Ahok bikin bisnis property stuck. Dia berharap dengan menangnya Anies, dia bisa melanjutkan rencana bisnisnya.“
"Namun setelah saya pikir-pikir sekarang, Ahok jauh lebih baik dari Anies. Bahkan jauh kelas dibandingkan dengan Anies. Benar, Ahok keras. Tetapi dia berani membuat keputusan. Tinggal kita mau enggak mengikuti standar kepatuhan dia. Kalau mau, semua beres,“ katanya lagi.
Saya tak mengerti mengapa Anies tidak berani mengambil keputusan strategis? Padahal waktu berjalan terus. Waktu menipis untuk dia membuktikan usianya berguna bagi orang lain, lanjutnya.
Lihat Ahok, apapun cepat dia buat. Selagi dia tidak korup. Kerja untuk kepentingan rakyat. Apapun dia hadapi. Contoh saya buat office tower tingginya di atas ketentuan aturan. Asalkan bayar denda, dia keluarkan izin.
Walau tidak ada perdanya, kita pun tidak keberatan karena peruntukannya jelas. Pemda tidak terima uang, tetapi dalam bentuk proyek sosial, seperti: rusun, pasar, dan lain lain.
Dia awasi dengan ketat. Rewel sekali dia. Kadang bikin kesal. Namun kita tahu dia kerja untuk rakyat. Bukan untuk dirinya pribadi.
Yang lebih konyol adalah Anies batalkan proyek LRT phase kedua, lanjut teman tadi. Padahal sudah ada investornya. BUMN lagi semua. Bukan uang Pemda. Yang bikin kesal, alasannya tidak masuk akal.
Maunya dia, Pemda harus siapkan sendiri anggarannya melalui BUMD. Padahal dia tahu, era Ahok sudah ada Pergub mengenai batasan Penyertaan Modal Daerah. Untuk apa Pemda terlibat kalau ada investor yang mau.
Dan lagi itu proyek bisnis. Publik bayar kok. Seharusnya dia fokus kepada tarif agar tidak merugikan rakyat DKI, seperti dulu Jokowi memutuskan proyek MRT dan Ahok memutuskan proyek LRT phase pertama.
Tapi anehnya, proyek Skybridge Tanah Abang dia bangun pakai uang APBD, hanya untuk kepentingan pedagang kaki lima. Kan bego. Kenapa dia tidak bangun pasar untuk rakyat, yang ongkosnya mungkin sama saja dengan Skybridge, tapi menguntungkan Pemda.
Baca Juga: Elon Musk Resmi Ganti Logo Twitter, Ini Beberapa Fitur Terbarunya
Saya hanya memilih menyimak atas keluhan teman itu. Ada lagi Proyek pembangunan fasilitas pengolahan sampah dalam kota atau Intermediate Treatment Facility (ITF) Sunter. Proyek ini sudah direncanakan era Foke.
Tapi di era Ahok, anggaran proyek ini hilang dari RAPBD. Berganti jadi proyek UPS. Itu ulah DPRD yang bikin Ahok sewot. Tahun 2016, Jokowi keluarkan Kepres menjadi proyek strategis nasional di bidang energi. Ahok jadikan proyek itu proyek B2B.
Tetapi baru kemarin proyek mulai dikerjakan. Lelet banget Anies. Padahal semua proses skema pembiayaan difasilitasi dari Kemenkeu. Kalau tidak direwelin ibu Sri Mulyani yang sudah punya komitmen dengan investor dari Finlandia, mungkin proyek itu akan jadi proyek strategis nasional yang mangkrak.
Bagaimana proyek yang tidak masuk proyek strategis? I don't think dia akan gigih follow up.
Baca Juga: Inilah 3 Alasan Mengapa Jember Layak Dijuluki Kota Cerutu Indonesia
Jokowi sudah selesai membangun proyek waduk raksasa penahan arus air dari Bogor, agar Jakarta terhindar dari banjir bandang. Tetapi proyek normalisasi sungai Ciliwung yang sudah ada anggarannya, Anies tidak kerjakan.
Padahal kalau di hulu sudah ditahan, tapi di hilir tidak dibereskan, jadi percuma saja proyek waduk itu. Eh, begonya lagi dia mau ubah normalisasi jadi naturalisasi. Sementara yang namanya naturalisasi itu belum ada studinya dan belum ada anggarannya.
Entah ini orang bego atau tidak ada niat jadi gubernur? Atau terlalu tinggi mengkhayalnya pengin jadi presiden?
Menurut saya, Anies bukan tidak ada niat jadi Gubernur, tetapi dia memang tidak paham apa itu perencanaan. Tidak paham bagaimana mengorganisir. Tidak mengerti bagaimana mengeksekusi rencana. Tidak tahu bagaimana mengawasi. Itu karena memang lack of knowledge.
Baca Juga: RENUNGAN HIDUP: Manusia dan Uang
"Semua karena dia memang tidak punya visi sebagai pemimpin. Mungkin dia hanya numpang hidup sebagai pejabat negara," kata teman dengan semangat.
"Jadi itu alasan kamu beralih mendukung Jokowi?" tanya saya.
“Saya tidak mau mengulang kesalahan yang sama seperti salah mendukung Anies jadi Gubernur. Pengangguran kita angkat jadi gubernur. Sudah segitu kacaunya. Apalagi milih Capres yang punya rekam jejak selalu gagal. Kan bego.“
Oleh: Erizeli Jely Bandaro. ***