Rachmad Bahari: Politik Makam dan Makam Politik
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 17 Juli 2023 07:35 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Jelang Pemilu 1977, Menteri Penerangan Ali Moertopo mengumumkan bahwa pemerintah akan memugar makam Bung Karno di Blitar. Pengumuman itu disampaikan Ali Moertopo di Solo yang merupakan basis kantong suara PDI.
Apakah strategi politik Orba tentang politik makam dan maka, politik masih efektif untuk direplikasi setelah 46 tahun berlalu.
Pertanyaan itu tentu beralasan, mengingat usulan pemindahan makam Pangeran Diponegoro, yang disampaikan bacapres Prabowo Subianto dua kali, menjelang Pilpres 2019 dan kini menjelang Pilpres 2024.
Dalam kesempatan berbicara di depan forum Rakernas XVI Apeksi di Makassar, 13 Juli 2023, bacapres Prabowo Subianto mengusulkan pemindahan makam Pangeran Diponegoro dari Makassar ke Yogyakarta.
Usulan serupa pernah disampaikannya dalam rangkaian kampanye Pilpres 2019.
Ternyata "dagangan politik" itu tidak laku dan disambut dingin oleh keturunan Diponegoro dan Sultan HB X juga tidak menyetujuinya.
Entah apa yang melatarbelakangi sikap obsesif keluarga besar Sumitro Djojohadikusumo terhadap Pangeran Diponegoro.
Hashim Djojohadikusumo melalui Yayasan Arsari sampai mendatangkan sejarahwan Oxford University, yang meneliti tentang Diponegoro lebih dari tiga dasawarsa, Dr Peter Carey dan dibiayai menjadi adjunct professor di FIB UI.
Buku Peter Carey tentang Diponegoro, The Power of Prophecy, diterjemahkan dalam bahasa Indonesia Kuasa Ramalan (tiga jilid), yang pada awal penerbitannya disponsori Yayasan Arsari.