DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Rachmad Bahari: Politik Makam dan Makam Politik

image
Makam Pangeran Diponegoro dan Prabowo Subianto

ORBITINDONESIA.COM - Jelang Pemilu 1977, Menteri Penerangan Ali Moertopo mengumumkan bahwa pemerintah akan memugar makam Bung Karno di Blitar. Pengumuman itu disampaikan Ali Moertopo di Solo yang merupakan basis kantong suara PDI.

Apakah strategi politik Orba tentang politik makam dan maka, politik masih efektif untuk direplikasi setelah 46 tahun berlalu.

Pertanyaan itu tentu beralasan, mengingat usulan pemindahan makam Pangeran Diponegoro, yang disampaikan bacapres Prabowo Subianto dua kali, menjelang Pilpres 2019 dan kini menjelang Pilpres 2024.

Baca Juga: Berapa Biaya IPI Jalur Mandiri Universitas Brawijaya, Inilah Daftarnya dari Fakultas Hukum hingga Manajemen

Dalam kesempatan berbicara di depan forum Rakernas XVI Apeksi di Makassar, 13 Juli 2023, bacapres Prabowo Subianto mengusulkan pemindahan makam Pangeran Diponegoro dari Makassar ke Yogyakarta.

Usulan serupa pernah disampaikannya dalam rangkaian kampanye Pilpres 2019.
Ternyata "dagangan politik" itu tidak laku dan disambut dingin oleh keturunan Diponegoro dan Sultan HB X juga tidak menyetujuinya.

Entah apa yang melatarbelakangi sikap obsesif keluarga besar Sumitro Djojohadikusumo terhadap Pangeran Diponegoro.

Hashim Djojohadikusumo melalui Yayasan Arsari sampai mendatangkan sejarahwan Oxford University, yang meneliti tentang Diponegoro lebih dari tiga dasawarsa, Dr Peter Carey dan dibiayai menjadi adjunct professor di FIB UI.

Baca Juga: Hal Menarik dari Icon of The Seas, Kapal Pesiar Spektakuler Terbesar di Dunia yang Akan Berlayar Januari 2024

Buku Peter Carey tentang Diponegoro, The Power of Prophecy, diterjemahkan dalam bahasa Indonesia Kuasa Ramalan (tiga jilid), yang pada awal penerbitannya disponsori Yayasan Arsari.

Ringkasan Kuasa Ramalan terbit dalam buku terpisah berjudul Takdir. Entah apa yang melatarbelakangi keluarga besar Sumitro Djojohadikusumo memiliki obsesi tinggi ihwal glorifikasi Diponegoro.

Konon untuk penebusan rasa bersalah atas penangkapan Diponegoro di masa lalu? Janganlah berburuk sangka, yang jelas upaya penerbitan kajian sejarah nasional tersebut adalah upaya yang sangat bermanfaat bagi pembentukan dan penguatan karakter bangsa,

Babad Dipanagara, I La Galigo, dan Pidato Presiden Sukarno yang disampaikan pada Sidang Umum PBB, 30 September 1960 berjudul "To Build the World Anew" telah ditetapkan Unesco sebagai Ingatan Dunia Dari Indonesia.

Baca Juga: Agenda Penting di Bulan Agustus: Peringatan Hari Kemerdekaan RI Plus Info Libur Bulan Juli Hingga Akhir Tahun

Sekelumit tentang politik makam dan makam politik. Semoga Prabowo Subianto menemukan "maqom" politiknya dan istiqomah setelah lima empat kali gagal dalam rangkaian kontestasi Pilpres.

Mulai dari Konvensi Partai Golkar 2004, Pilpres 2009, Pilpres 2014, Pilpres 2019. Kini masih berusaha peruntungan pada Pilpres 2024.

Lagi-lagi saya kembali mengutip penggalan lirik lagu berirama progressive rock, yang dibawakan grup Elpamas dari Pandaan Pasuruan, "Pak Tua Sudahlah!"

Rachmad Bahari
Soloensis ***

Berita Terkait