DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Sejarah Hari Peringatan Reformasi, Berawal Dari Kebangkrutan Ekonomi Indonesia di Masa Presiden Soeharto

image
Presiden Soehato menyatakan mundur dari jabatannya pada 21 Mei 1998 yang kini diperingati sebagai Hari Peringatan Reformasi

ORBITINDONESIA.COM – Pada Minggu 21 Mei 2023 ini masyarakat Indonesia memperingati Hari Peringatan Reformasi ke 25 tahun.

Hari Peringatan Reformasi mulai dirayakan setelah turunnya Presiden Soeharto dari kursi kekuasaannya pada Mei 1998 dan diingat oleh masyarakat Indonesia sebagai hari perubahan secara nasional.

Hari Peringatan Reformasi sendiri di Indonesia berawal dari perjalanan kesulitan masyarakat Indonesia hingga kelompok mahasiswa turun ke jalan melakukan demonstrasi.

Baca Juga: Jadwal Tayang Bioskop XXI Kawasan Kota Jakarta Film Fast X untuk Tanggal 21 sampai 22 Mei 2023

Kelompok mahasiswa menuntut agar Presiden Soeharto turun dari jabatannya sebagai kepala negara karena dianggap sudah tidak sanggup lagi memimpin negara.

Namun sebelum mahasiswa turun ke jalan, awal Presiden Soeharto mulai dihantam gelombang demokrasi adalah karena terjadinya krisis ekonomi.

Presiden Soeharto yang dikenal sebagai bapak pembangunan yang bisa menjaga stabilitas ekonomi negara Indonesia harus menyerah dengan krisis finansial di kawasan Asia.

Baca Juga: AMPUN! Setelah Relawan Jokowi dan Gibran Dukung Prabowo di Solo, Medsos Milik Gibran Dibanjiri Kritik Pedas

Melihat kondisi ini, mahasiswa menuntut Presiden Soeharto untuk melakukan reformasi di segala bidang.

Namun Presiden yang merupakan alumni tentara itu berprinsip jika reformasi harus dilakukan usai tahun 2003.

Karena hal inilah, mahasiswa mulai rajin menggelar aksi demonstrasi di berbagai daerah Indonesia mulai dari Yogyakarta, Jakarta, Bandung, Ujungpandang dll.

Baca Juga: Daftar Ucapan Hari Peringatan Reformasi 21 Mei 2023, untuk Menyampaikan Semangat Perubahan Indonesia

Puncaknya adalah ketika harga bahan bakar kendaraan yang terpaksa naik dari Rp 700 menjadi Rp 1.200 membuat semangat mahasiswa untuk mewujudkan reformasi semakin membara.

Sejarah kelam terciptanya ketika kelompok mahasiswa Trisakti yang bergerak menuju gedung DPR dihalangi oleh kepolisian hingga terjadi kericuhan.

Polisi yang kehilangan kendali mengeluarkan tembakan peringatan namun bukan dengan peluru karet melainkan dengan peluru tajam.

Baca Juga: Sabar: Saya Tidak Ada Rasa Empati dan Kasihan Sedikit pun untuk Johnny G Plate dan Nasdem

Tembakan yang diletuskan oleh polisi membuat mahasiswa panik dan berlarian tanpa arah, sebagian berlindung di dalam gedung Universitas Trisakti.

Hingga kebrutalan polisi ini akhirnya memakan korban 4 mahasiswa Universitas Trisakti yang sampai hari ini nama mereka masih dikenang sebagai pahlawan reformasi.

Mereka adalah Elang Mulia Lesmana (1978-1998), Heri Hertanto (1977-1998), Hafidin Royan (1976-1998), dan Hendriawan Sie (1975-1998).

Baca Juga: Menikmati Panorama 8 Pantai di Taman Nasional Baluran Situbondo, Wisata Bahari Baru yang Lagi Hits

Sedangkan ada mahasiswa lainnya mengalami luka-luka harus dibawa ke RS Sumber Waras untuk mendapat perawatan.

Melihat kondisi demonstrasi yang semakin tidak terkendali dan jatuhnya korban dari mahasiswa Trisakti ini DPR/MPR sepakat untuk menggelar sidang paripurna.

Sidang paripurna yang diadakan pada 19 Mei 1998 menandakan hari reformasi dan kejatuhan Presiden Soeharto sudah dekat.

Baca Juga: Suka Olahraga Surfing, Inilah Rekomendasi Tempat Menginap Terdekat di Pantai G Land Taman Nasional Alas Purwo

Ada sejumlah tokoh yang hadir di Istana Negara hingga akhirnya berujung terwujudnya salah satu tujuan besar reformasi.

Nama-nama tokoh itu adalah Emha Ainun Nadjib, Megawati, Amien Rais, Yusril Ihza Mahendra, Nurcholis Madjid, dan tokoh lainnya.

Hingga hasilnya, pada hari Kamis, 21 Mei 1998, Soeharto menyatakan bahwa dia melepaskan jabatannya sebagai Presiden.

Baca Juga: 10 Quotes Terbaik Mengenai Keluarga dari Dominic Toretto Fast and Furious yang Menginspirasi Penuh Makna

"Saya memutusken untuk menyataken berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden Republik Indonesia terhitung sejak saya bacaken pernyataan ini, pada hari ini, Kamis 21 Mei 1998," ucap Presiden Soeharto kala itu.

Hingga hari ini ketimpangan sosial dan ekonomi yang masih terjadi di Indonesia merupakan bukti nyata tujuan dan cita-cita reformasi masih belum tercapai sepenuhnya.***

Kamu bisa mendapatkan beragam informasi dan artikel lainnya dari OrbitIndonesia.com di Google News.

Berita Terkait