DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Ketika Ketatanegaraan Asli Indonesia Dihilangkan Dari Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

image
Ir Prihandoyo Kuswanto tentang Pancasila.

Oleh: Ir. Prihandoyo Kuswanto, Ketua Pusat Study Kajian Rumah Pancasila.

Salah satu cara untuk menghancurkan sebuah bangsa adalah kacaukan sejarah bangsanya , kaburkan jatidiri bangsanya .

Amandemen UUD 1945 adalah perang asimetris yang tidak ditangkap sebagai sebuah penghancuran terhadap bangsa Indonesia. Mereka yang mengaku-ngaku Nasionalis justru bertindak sebagai agen-agen pengkhianat bangsa .

Perubahan dan pelemahan terhadap generasi muda agar tidak lagi mengenal sejarah bangsanya terus dilakukan.

Baca Juga: Gara gara Johnny G Plate, Kondisi Backbone Arsitektur IT Indonesia Sangat Menyedihkan

Survei terbaru Setara Institute dan Forum on Indonesian Development (INFID) mencatat 83,3 persen siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) menganggap Pancasila bukan ideologi permanen dan bisa diganti.

Inilah yang diinginkan pihak-pihak asing terhadap bangsa Indonesia.

Pancasila yang merupakan ideologi negara masih terus dipertentangkan. Bahkan Rocky Gerung dengan seenaknya mempertentangkan sila-sila Pancasila, bahkan sila ke-5 kata Rocky Gerung bisa diganti liberal atau sosialis.

Bahkan Kalau UUD 1945 bisa diganti dengan UUD 2002, maka Pancasila juga bisa diganti. Pernyataan Rocky Gerung ini buat kaum milenial akan ditelan mentah-mentah, tetapi buat kami di Rumah Pancasila kengawuran Rocky Gerung dengan kedunguannya perlu diluruskan.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Film Bergenre Sejarah Kerajaan Inggris yang Paling Berpengaruh di Indonesia, Kamu Wajib Nonton!

Sebab ideologi Liberal, Kapitalisme, Komunisme, Sosialisme tentu tidak bisa dipakai mengukur Pancasila. Apalagi disetubuhkan, jelas tidak mungkin. Mengapa?

Liberalisme, Kapitalisme, Sosialisme, Komunisme itu bicara Manusia dan Materialisme dengan menghalalkan segala cara. Sedangkan Pancasila bicara KeTuhanan, Manusia dan Materialisme (alam semesta).

Jadi mana bisa nilai-nilai yang bersumber dari menghalalkan segala cara disandingkan dengan nilai nilai yang bersumber dari Ilahi. Dan RG lupa bahwa Pancasila itu antitesis dari Individualisme, Liberalisme, Kapitalisme.

BPUPKI Rapat besar pada 15 Juli 1905, dibuka jam 10.20 mengatakan (cuplikan):

Baca Juga: Sinopsis Film Frozen Ground, Ketegangan Membara dalam Kejaran Pembunuh Seri yang Mematikan Diungkap Detektif

”Maka oleh karena itu jikalau kita betul-betul hendak mendasarkan negara kita kepada faham kekeluargaan, faham tolong menolong, faham gotong royong, faham keadilan sosial, enyahkanlah tiap-tiap pikiran, tiap-tiap faham individualisme dan liberalisme daripadanya.“

Jadi mengapa pendiri negeri ini anti terhadap individualisme, liberalisme, kapitalisme, sebab semua itu sumber dari kolonialisme imperalisme, yang menjadi dasar perjuangan bangsa ini untuk melawan dengan mengorbankan harta, darah dan nyawa.

Kita hidup tidak terlalu lama. Oleh sebab itu, sebagai anak bangsa, kita harus mempunyai kesadaran bersama bahwa kerusakan negara (seperti sekarang) ini, tentu, tidak dikehendaki oleh para pendiri bangsa seperti Soekarno, Hatta, Soepomo, Haji Agus Salim, Ki Bagus Hadi Kusumo, KH Wahid Hasyim  dan pahlawan-pahlawan yang telah berjuang untuk melahirkan negara Indonesia.

Para pengamandemen UUD 1945 rupanya tidak memahami sistem yang mendasari UUD 1945. Akibatnya amandemen yang dilakukan telah merusak sistem bernegara dan bahkan menghancurkan tata nilai negara dengan tujuan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Baca Juga: Kabar Baik! Vaksin HPV Gratis Akan Diberikan untuk Anak Perempuan Kelas 5 dan 6 SD, Simak Manfaatnya!

Cuplikan Sidang BPUPKI

Toean-toean dan njonja-njonja jang terhormat. Kita telah menentoekan di dalam sidang jang pcertama, bahwa kita menjetoedjoei kata keadilan sosial dalam preambule. Keadilan sosial inilah protes kita jang maha hebat kepada dasar individualisme.

Tidak dalam sidang jang pertama saja telah menjitir perkataan Jaures, jang menggambarkan salahnja liberalisme di zaman itoe, kesalahan demokrasi jang berdasarkan kepada liberalisme itoe.

Tidakkah saja telah menjitir perkataan Jaures jang menjatakan, bahwa di dalam liberalisme, maka parlemen mendjadi rapat radja-radja, di dalam liberalisme tiap-tiap wakil jang doedoek sebagai anggota di dalam parlemen berkoeasa seperti radja.

Kaoem boeroeh jang mendjadi wakil dalam parlemen poen berkoeasa sebagai radja, pada sa’at itoe poela dia adalah boedak belian daripada si madjikan, jang bisa melemparkan dia dari pekerdjaan, sehingga ia mendjadi orang miskin jang tidak poenja pekerdjaan. Inilah konflik dalam kalboe liberalisme jang telah mendjelma dalam parlementaire demokrasinja bangsa-bangsa Eropah dan Amerika.

Baca Juga: Polisi Putuskan Lanjutkan Penyelidikan Kasus Politisi PKS Bukhori Yusuf KDRT ke Istri Muda

Toean-toean jang terhormat. Kita menghendaki keadilan sosial. Boeat apa grondwet menoeliskan, bahwa manoesianja boekan sadja mempoenjai hak kemerdekaan soeara, kemerdekaan hak memberi soeara, mengadakan persidangan dan berapat, djikalau misalnja tidak ada sociale rechtvaardigheid jang demikian itoe?

Boeat apa kita membikin grondwet, apa goenanja grondwet itoe kalau ia ta’dapat mengisi “droits de l’homme et du citoyen” itoe tidak bisa menghilangkan kelaparannja orang jang miskin jang hendak mati kelaparan.

Maka oleh karena itoe, djikalau kita betoel-betoel hendak mendasarkan negara kita kepada faham kekeloeargaan, faham tolong-menolong, faham gotong-royong, faham keadilan sosial, enjahkanlah tiap-tiap pikiran, tiap-tiap faham individualisme dan liberalisme dari padanja.

Toean-toean jang terhormat. Sebagai tadi poen soedah saja katakan, kita tidak boleh mempoenjai faham individualisme, maka djoestroe oleh karena itoelah kita menentoekan haloean politik kita, jaitoe haloean ke-Asia Timoer Rajaan.

Baca Juga: Inilah Sosok Casey Paquita, Saudara Perempuan Enzy Storia yang Mencuri Perhatian: Lahir dari Ayah yang Beda

Maka ideologie ke-Asia Timoer Raja-an ini kita masoekkan di dalam kenjataan kemerdekaan kita, di dalam pemboekaan daripada oendang-oendang dasar kita……..

Toean-toean dan njonja-njonja jang terhormat.

Kita rantjangkan oendang-oendang dasar dengan kedaulatan rakjat, dan boekan kedaulatan individu. Kedaulatan rakjat sekali lagi, dan boekan kedaulatan individu. Inilah menoeroet faham panitia perantjang oendang-oendang dasar, satoe-satoenja djaminan bahwa bangsa Indonesia seloeroehnja akan selamat di kemoedian hari.

Djikalau faham kita ini poen dipakai oleh bangsa-bangsa lain, itoe akan memberi djaminan akan perdamaian doenia jang kekal dan abadi.

Baca Juga: Malaysia Masters 2023: Kalahkan Pursala Shindu, Gregoria Mariska Tunjung Melaju ke Final

…………. Marilah kita menoendjoekkan keberanian kita dalam mendjoendjoeng hak kedaulatan bangsa kita, dan boekan sadja keberanian jang begitoe, tetapi djoega keberanian mereboet faham jang salah di dalam kalboe kita.

Keberanian menoendjoekkan, bahwa kita tidak hanja membebek kepada tjontoh2 oendang2 dasar negara lain, tetapi memboeat sendiri oendang2 dasar jang baroe, jang berisi kefahaman keadilan jang menentang individualisme dan liberalisme; jang berdjiwa kekeloeargaan, dan ke-gotong-royongan.

Keberanian jang demikian itoelah hendaknja bersemajam di dalam hati kita. Kita moengkin akan mati, entah oleh perboeatan apa, tetapi mati kita selaloe takdir Allah Soebhanahoewataala. Tetapi adalah satoe permintaah saja kepada kita sekalian:

Baca Juga: Jadwal Pertandingan Pekan ke 38 Liga Inggris, Laga Pamungkas di Musim Kompetisi 2022-2023

Djikalau nanti dalam zaman jang genting dan penoeh bahaja ini, djikalau kita dikoeboerkan dalam boemi Indonesia, hendaklah tertoelis di atas batoe nisan kita, perkataan jang boleh dibatja oleh anak-tjoetjoe kita, jaitoe perkataan: “Betoel dia mati, tetapi dia mati tidak sebagai pengetjoet”.

Sekarang telah banyak para pengecut yang hanya korupsi untuk perutnya sendiri dan kelompoknya, tanpa pernah berpikir tentang nasib bangsanya. Tidak ingat lagi bahwa negeri ini dilahirkan karena Amanat Penderitaan Rakyat. ***

Silakan simak berita lain ORBITINDONESIA.COM di Google News.

Berita Terkait