PM Boris Johnson Mundur Setelah Banyak Tekanan Akibat Berbagai Skandal
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 08 Juli 2022 01:54 WIB
ORBITINDONESIA - Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, yang pemerintahnya dilanda berbagai skandal, akhirnya menyerah pada tekanan yang meningkat dan bilang akan mundur, Kamis 7 Juli 2022.
Boris Johnson mengumumkan keputusannya untuk mundur, setelah berhari-hari penuh berita soal skandal dan muncul seruan pengunduran diri terhadap pemerintah. Juga, ada seruan dari sesama anggota Partai Konservatif terhadap dirinya, untuk mundur.
Meski akan mundur, Boris Johnson mengatakan, dia berencana untuk tetap sebagai perdana menteri sampai penggantinya dipilih. Ini sebuah langkah yang menimbulkan kemarahan di Parlemen, yang semakin bermusuhan terhadapnya sejak munculnya banyaknya skandal.
Baca Juga: Memahami Akuntansi Dengan Cara Praktis dan Sederhana
Dalam pidato pengunduran dirinya, Johnson memuji pencapaian pemerintahnya, termasuk mendukung Ukraina setelah invasi Rusia dan mengatasi pandemi Covid.
Johnson menjadi perdana menteri Inggris ketiga berturut-turut, yang mengundurkan diri dalam beberapa tahun terakhir, setelah Theresa May dan David Cameron.
Sementara Johnson disambut dengan tepuk tangan dari rekan-rekannya di Downing Street, ada teriakan ejekan dari kerumunan massa terdekat untuk meredam pidatonya.
Sebuah pengeras suara mengecam versi ulang dari lagu Bay City Rollers "Bye Bye Baby," dengan lirik diubah menjadi "bye bye Boris." Beberapa di antara kerumunan massa juga merayakan kepergian Johnson.
Baca Juga: Syafruddin Pernyata: Pemerintah Perlu Dorong Gerakan Menulis Sebagai Wujud Pencerdasan Bangsa
“Dia terlahir sebagai pembohong dan Anda tidak dapat mempercayai seseorang yang mengatakan banyak kebohongan,” kata Diane Flynn (40), warga yang mengunjungi London dari Glasgow, Skotlandia.
Ketidakpuasan selama berbulan-bulan dalam partai pemerintahannya atas penilaian dan etika Johnson akhirya meledak. Yakni, dengan pengunduran diri Menteri Keuangan Rishi Sunak dan Menteri Kesehatan Sajid Javid dalam hitungan menit satu sama lain, Selasa 5 Juli 2022 malam.
Hal terakhir yang memicu mundurnya mereka adalah berubahnya penjelasan PM Johnson tentang penanganan tuduhan pelanggaran seksual dalam jajaran Partai Konservatif.
Seruan untuk pengunduran diri Johnson semakin meningkat pada jam-jam berikutnya, di mana lebih dari 50 anggota cabinet pemerintahan lainnya juga mengundurkan diri.
Baca Juga: Denny JA: Wacana Pindah Ibu Kota Negara ke Kalimantan Timur Perlu Lebih Dipasarkan
PM Johnson hanya memiliki beberapa sekutu yang tersisa, di jam-jam terakhir sebelum pengumuman mundurnya. Bahkan, menteri yang baru dia tunjuk 36 jam yang lalu, berbalik melawannya.
Sebelum pengumumannya, Johnson sudah ditinggalkan oleh menteri keuangan dan menteri pendidikan yang dipromosikannya dalam upaya untuk bertahan.
Mereka bergabung dengan menteri-menteri lain yang mundur. Ini membuat pemerintah nyaris tanpa kemudi, karena menghadapi beberapa krisis paling serius dalam beberapa dasawarsa.***