Satrio Arismunandar: Pemilihan Presiden 2016 dan 2020 di AS Diwarnai Disinformasi, Hoaks dan Ujaran Kebencian
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 23 Juni 2023 03:10 WIB
ORBITINDONESIA.COM – Seperti pemilihan presiden di Indonesia pada 2014 dan 2019, pilpres 2016 dan 2020 di Amerika Serikat diwarnai banyak kasus disinformasi, hoaks, dan ujaran kebencian di berbagai platform digital. Hal itu dikatakan doktor filsafat dari Universitas Indonesia, Satrio Arismunandar.
Satrio Arismunandar mengomentari dan memperkaya diskusi tentang Ruang Digital Indonesia Menuju Pemilu 2024. Webinar di Jakarta, Kamis malam, 22 Juni 2023 itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai penulis senior Denny JA.
Diskusi yang dikomentari Satrio Arismunandar itu menghadirkan pembicara Damar Juniarto, Direktur Eksekutif SAFEnet. Diskusi itu dipandu oleh Anick HT dan Swary Utami Dewi.
Satrio Arismunandar menyatakan, pada Pilpres 2020 di AS, ada klaim kecurangan pemilu. Setelah pemilu, muncul klaim tak berdasar tentang penipuan pemilih, yang tersebar luas di seluruh platform media sosial.
Ini terutama dilakukan oleh pendukung mantan Presiden Donald Trump. “Klaim-klaim ini berusaha merusak legitimasi hasil pemilu, dan sudah dibantah secara luas oleh petugas pemilu dan pemeriksa fakta,” jelas Satrio.
Selain itu, ada deepfake dan konten yang dimanipulasi. Penggunaan media yang dimanipulasi, seperti deepfake, mendapat perhatian selama pemilu 2020 di AS.
Deepfake adalah video yang sangat realistis, yang menggunakan kecerdasan buatan untuk menggambarkan seseorang mengatakan atau melakukan hal-hal, yang sebenarnya tidak pernah mereka lakukan.
“Meski tidak tersebar luas, potensi deepfake untuk menipu dan memanipulasi opini publik menimbulkan kekhawatiran,” ujar Satrio.