DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Derita Rakyat Palestina: Yang Lebih Buruk Dari Mati di Gaza Adalah Hidup di Gaza

image
Anak Palestina mencoba mengeluarkan sepeda dari rumahnya di Gaza yang hancur dibom Israel.

ORBITINDONESIA.COM - Pada 13 Mei, Israel dan Jihad Islam Palestina telah mencapai kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi oleh Mesir menyusul serangan militer Israel selama lima hari terhadap rakyat Gaza.

Meskipun Palestina menembakkan beberapa roket ke Israel, jumlah korban tewas sangat tidak seimbang.

Selama serangan Israel, yang dijuluki "Operasi Perisai dan Panah," Pasukan Pendudukan Israel (IOF) membunuh 33 warga Palestina, termasuk enam anak, dan melukai sedikitnya 147 warga Palestina.

Baca Juga: Akhir Kisah Ferry Irawan Lakukan KDRT ke Venna Melinda, Hanya Divonis Hukuman Satu Tahun Penjara

Serangan udara tersebut merusak 2.041 rumah, menghancurkan 31 bangunan, dan menyebabkan 93 keluarga kehilangan tempat tinggal dan 128 rumah tidak dapat dihuni.

Pemerintahan AS di bawah Joe Biden tidak hanya menolak mengutuk Israel atas kehancuran yang ditimbulkannya di Gaza.

AS bahkan memblokir Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mengeluarkan pernyataan yang mengutuk serangan udara Israel serta roket yang ditembakkan dari Gaza.

Ini adalah serangan keenam di Gaza sejak blokade Israel di jalur itu (yang merupakan kejahatan menurut hukum internasional) diberlakukan secara permanen pada 2007.

Baca Juga: Bantuan Pesawat Tempur AS Buat Ukraina Tak Akan Mengubah Permainan untuk Pasukan di Darat

Dua juta warga Palestina tinggal di Jalur Gaza, yang sering disebut sebagai “penjara terbuka terbesar di dunia” karena Israel mengontrol masuk dan keluarnya semua warga Gaza.

Halaman:
1
2
3

Berita Terkait