Renungan dari Dr. dr. Muzal Kadim, Sp.A : Jalan pagi
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Minggu, 28 Agustus 2022 20:35 WIB
Oleh: Dr. dr. Muzal Kadim, Sp.A (K), penggemar jalan pagi.
ORBITINDONESIA - Sejak belasan tahun yang lalu, jalan pagi merupakan rutinitasku yang sangat aku nikmati.
Banyak sekali manfaat yang aku dapatkan dari jalan pagi.
Manfaat kesehatan dan kebugaran, pencerahan pikiran, membuat pikiran menjadi tenang, bisa sambil tafakur dan tazakur, sambil mengamati lingkungan sekitar dan mensyukuri karunia-Nya yang demikian besar.
Baca Juga: Jadwal Liga 1: Duel PSM Makassar vs Persib Bandung Disiarkan Indosiar dan Vidio Senin Malam
Aku seringkali mendapat ide membuat tulisan saat jalan pagi.
Sambil jalan pagi bertafakur dan berzikir merupakan kenikmatan yang luar biasa, membuat pikiran menjadi tenang tenteram, semua masalah yang membuat pikiran menjadi galau hilang seketika.
Jalan pagi di seputar kompleks rumahku yang asri, pemandangan yang hijau penuh dengan pepohonan, membuat pikiran menjadi nyaman dan damai.
Tidak jauh dari kompleks rumahku berjarak belasan meter adalah perkampungan yang sangat padat, rumah petak kecil berukuran sekitar 2 x 3 m, bahkan lebih kecil dari kamar anakku, itupun kadang masih dipakai berjualan kelontong atau makanan kecil didepannya.
Baca Juga: Kapal Perang AS Berlayar Melalui Selat Taiwan, Pertama Kali Sejak Ketegangan Pelosi vs China
Jalan kecil selebar setengah meter, berbelok belok dan bercabang, namun masih dilalui motor yg lalu lalang.
Saluran air yang kumuh, penuh dengan sisa makanan dan sabun, karena banyak yang mencuci pakaian di di teras rumahnya.
Benar benar potret kemiskinan yang nyata di tengah kota.
Aku paling suka melewati daerah tersebut, sambil memberi sekedarnya, sambil mensyukuri karunia yang luar biasa besar, yang diberikan oleh-Nya dalam hidupku, bila dibandingkan mereka semua.
Baca Juga: Jadwal Liga 1: RANS Nusantara FC Lawan Barito Putera Disiarkan Layanan Streaming Vidio Senin Sore
Mengapa Tuhan memberikan karunia demikian besar kepadaku dan keluargaku?
Apa yang membuat kami pantas menerimanya?
Aku merenung sambil jalan, memikirkan bahwa sedikitpun tidak ada ketaatan maupun amal jariah yang pantas membuat kami menerima karunia sebesar itu.
Semua itu semata mata adalah Rahmat dan Kasih Sayang-Nya yang penuh misteri.
Baca Juga: Jadwal Liga 1: Dewa United Melawan PSIS Semarang Disiarkan Indosiar dan Vidio Senin Sore
Ada semacam gardu kecil yang sering dibuat istirahat dan tiduran orang yang kelelahan.
Kadang aku lihat bapak pengayuh odong-odong komedi putar anak yang tidur kelelahan di gardu itu.
Kadang aku lihat pengamen anak dan remaja yang istirahat sambil menghitung penghasilan recehnya.
Kadang aku lihat manusia abu abu, orang yang mengecat tubuhnya dengan serbuk untuk menarik perhatian agar diberi sedekah.
Baca Juga: Hasil Liga Italia: AC Milan Bungkam Bologna 2 - 0 di San Siro
Kadang aku lihat ondel ondel yang cape dan beristirahat sejenak sebelum beraksi mengumpulkan sedekah.
Beraneka ragam orang yang sangat miskin dan duafa, dapat dilihat di gardu itu.
Seringkali aku tidak bisa menahan air mata yang menetes melihat kondisi tersebut.
Sementara melihat berita di media, demikian banyak uang yang berlimpah ruah di korupsi.
Baca Juga: Prediksi Susunan Pemain, Head to Head dan Tebak Skor Borussia Dortmund Melawan Hoffenheim
Uang yang jumlahnya tak terbayangkan di timbun oleh oknum petugas polisi berpangkat jendral.
Rektor universitas yang terpelajar, yang mestinya memberi contoh, namun menilap uang mahasiswa yang mungkin dari hasil usaha mati-matian orangtuanya, demi pendidikan anaknya.
Ternyata jalan kaki tidak sesederhana kelihatannya.
Ada sebuah buku yang ditulis oleh Frederic Gros, berjudul Philosophy of Walking, khusus membahas tentang jalan kaki ini dengan cara yang berbeda.
Baca Juga: Jadwal Liga Jerman: Borussia Dortmund vs Hoffenheim
Buku yang sangat terkenal di Prancis ini membahas rahasia di balik jalan kaki.
Banyak filosof terkenal mempunyai kebiasaan jalan kaki yang luar biasa.
Mereka melakukan kegiatan ini sebagai aktivitas rutin yang penting dalam hidup mereka.
Socrates mempunyai kebiasaan jalan kaki berkeliling pasar di Yunani kuno, sambil berdialog dengan semua kalangan.
Baca Juga: Liverpool Bungkam Bournemouth, Roberto Firmino Rayakan 100 Gol
Gerard de Nerval terbiasa jalan kaki sambil bicara untuk menghilangkan kemurungannya.
Immanuel Kant, mempunyai jadwal jalan kaki yang ketat setelah makan siang.
Jacques Rousseau, selalu berjalan kaki untuk berpikir. Nietzche selalu berjalan kaki di lereng gunung Alpen, untuk menulis.
Mark Twain selalu berjalan mondar mandir saat mencari ide.
Nabi Muhammad sendiri dikenal memiliki kebiasaan berjalan kaki, berdasarkan riwayat Ibn Abbas bahwa nabi Muhammad menjaga kesehatan tubuh antara lain dengan rutin berjalan kaki.
Dalam riwayat lain disebutkan:
“Aku belum pernah melihat orang yang lebih baik dan lebih tampan daripada Rasulullah, roman mukanya secemerlang matahari, juga tidak pernah melihat orang yang secepat beliau ketika berjalan. Seolah oleh tanah ini digulung oleh langkah beliau. Kami berusaha untuk mengimbangi jalan beliau dengan begegas, namun beliau tampaknya seperti berjalan santai saja.”
Berjalanlah selagi kita masih diberi kesempatan untuk melakukannya, karena tidak semua orang bisa melakukannya.
Wallahualam***