DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Representasi Kulit Hitam dalam Ruang Literasi

image
Buku literatur berbahasa Inggris.

ORBITINDONESIA - Diskursus tentang rasisme, yang terus bergulir dengan akselerasi kecanggihan kemajuan teknologi, tak henti membangunkan ekspresi berbagai pihak. Salah satunya lewat literasi, seperti Literature Wales.

Lembaga tersebut adalah perusahaan nasional yang bertanggung jawab terkait pengembangan literasi dan sastra di Wales. Bahkan, pihaknya berkomitmen dalam mengatasi ketidaksetaraan historis dan struktural.

Mereka membagikan beberapa ide seperti representasi ‘kulit hitam’ dan bagaimana industri dapat berkembang untuk membuat representasi tersebut. Yakni, melalui proyek-proyek literasi seperti buku cerita.

Baca Juga: Pemberitaan Media dan Bahaya Nara Sumber yang Tidak Memiliki Kredibilitas

Representasi, suatu praktik penting yang memproduksi kebudayaan (Stuart Hall, 1997, p. 25), adalah tugas penting bagi orang tua untuk mendidik dan mengenalkan anak-anak tentang budaya yang berbeda.

Hal paling sederhana yaitu mendorong anak-anak mereka untuk membaca cerita tentang tokoh-tokoh dan karakter ‘kulit hitam,’ serta menerima orang lain terlepas dari perbedaan latar belakang mereka.

Reflecting Realities, sebuah laporan yang diterbitkan oleh Center for Literacy in Primary Education, menemukan hanya 7% dari buku anak-anak yang diterbitkan di Inggris pada 2017-2019, menampilkan karakter dari latar belakang etnis kulit hitam, Asia, atau minoritas.

Sebagian besar novel tersebut ditulis secara spekulatif, bahkan oleh penulis profesional. Karenanya, media bisa bersalah atas kekeliruannya dalam menggambarkan etnis ‘kulit hitam’ dan menanamkan opini negatif. Mereka terlalu sering gagal dalam representasi yang akurat dan bermakna.

Baca Juga: Korupsi, Nilai Agama dan Kompartementalisasi

BIPOC (Black, Indigenous, People of Color) dan kelompok terpinggirkan lainnya tidak sering digambarkan dengan layak, bahkan mengembangkan stereotip yang merugikan. Yakni, mengabadikan narasi tidak manusiawi dan berbahaya tentang ras, etnis, orientasi, atau gender mereka.

Catherine Johnson, penulis novel dan naskah asal Inggris, menyatakan bahwa buku harus berkualitas tinggi dengan representasi yang baik, sehingga dapat membantu orang untuk memahami pengalaman anak-anak kulit hitam.

“Saat Anda ingin orang lain memahami pengalaman anak-anak (kulit hitam) itu, dan Anda ingin menormalkan pengalaman tersebut, itu bukan hal ‘lain’ atau pun aneh. Itu adalah hal yang normal,” papar Johnson.

Di sisi lain, juru kampanye Donna Ali mengatakan, tanggung jawab ada pada editor dan penerbit untuk berhenti melihat buku-buku ini sebagai ceruk pasar.

Baca Juga: Legenda Lady Pilot

Sangat penting untuk melihat buku-buku ‘kulit hitam’ tidak ‘otomatis tentang perbudakan,’ tapi semua hal luar biasa yang disumbangkan ‘orang kulit hitam’.

Dilansir dari bbc.com, tahun lalu, Literature Wales memberikan beasiswa kepada 12 penulis ‘kulit berwarna’ dan satu tahun pelatihan intensif. Sekitar 70% cerita anak-anak dan buku bergambar dengan beragam karakter dan etnis–telah disponsori.

Guna mendukung industri penerbitan di Wales dan mengharapkan perubahan untuk “Wales anti-rasis pada 2030,” pemerintah Wales --melalui pendanaan proyek-proyek literasinya-- juga mendirikan penerbit-penerbit baru, yang dijalankan oleh para editor dan penulis dari latar belakang etnis kulit hitam, Asia, dan minoritas.

Juga, mendirikan platform digital demi menjangkau audiens baru dan membimbing penulis dari awal dengan berbagai latar belakang.

Baca Juga: Christiaan Huygens dan Bayangan Tentang Alien

Diskursus tentang rasisme, yang terus bergulir dengan akselerasi kecanggihan kemajuan teknologi, tak henti membangunkan ekspresi berbagai pihak. Salah satunya lewat literasi, seperti Literature Wales.

Lembaga tersebut adalah perusahaan nasional yang bertanggung jawab terkait pengembangan literasi dan sastra di Wales. Bahkan, pihaknya berkomitmen dalam mengatasi ketidaksetaraan historis dan struktural.

Mereka membagikan beberapa ide seperti representasi ‘kulit hitam’ dan bagaimana industri dapat berkembang untuk membuat representasi tersebut. Yakni, melalui proyek-proyek literasi seperti buku cerita.

Representasi, suatu praktik penting yang memproduksi kebudayaan (Stuart Hall, 1997, p. 25), adalah tugas penting bagi orang tua untuk mendidik dan mengenalkan anak-anak tentang budaya yang berbeda.

Baca Juga: Buku Sejuta Dolar itu Bernama Book of Rhymes

Hal paling sederhana yaitu mendorong anak-anak mereka untuk membaca cerita tentang tokoh-tokoh dan karakter ‘kulit hitam,’ serta menerima orang lain terlepas dari perbedaan latar belakang mereka.

Semoga orang-orang lebih menyadari akan keragaman ras, dan hari-hari di mana lebih banyak buku-buku dengan anak laki-laki atau perempuan berwarna coklat dan hitam di sampulnya. ***

 

Berita Terkait