Satrio Arismunandar: Fragmentasi Politik dan Kurangnya Inovasi Ilmiah Sebabkan Merosotnya Peradaban Islam
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Kamis, 26 Oktober 2023 20:10 WIB
ORBITINDONESIA.COM – Fragmentasi politik dan kurangnya inovasi ilmiah sering disebut sebagai salah satu penyebab merosotnya peradaban Islam, yang dulu pernah mencapai puncak kejayaannya. Hal itu dikatakan Sekjen SATUPENA, Dr. Satrio Arismunandar.
Satrio Arismunandar mengomentari diskusi buku Imajinasi Islam karya Komaruddin Hidayat. Diskusi di Jakarta, Kamis malam, 26 Oktober 2023 itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai penulis senior Denny JA.
Diskusi yang dikomentari Satrio Arismunandar itu menghadirkan pembicara Prof Dr Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam International Indonesia (UIII). Diskusi itu dipandu oleh Elza Peldi Taher.
Baca Juga: Update Perang Israel-Hamas: Pasukan Militer Israel Melakukan Serangan Darat Menggunakan Tank di Gaza
Menurut Satrio, kemunduran peradaban Islam dan hilangnya kejayaan sejarahnya merupakan fenomena yang kompleks dan multifaset, serta memiliki banyak faktor penyebab. Tak ada penyebab tunggal.
Doktor Filsafat dari UI ini menyatakan, penting untuk dicatat bahwa peradaban Islam telah mengalami periode pencapaian dan inovasi besar, serta periode kemunduran yang relatif.
“Beberapa faktor kunci yang dikemukakan, untuk menjelaskan kemunduran peradaban Islam, antara lain adalah fragmentasi politik,” ujar Satrio.
Fragmentasi dunia Islam menjadi berbagai kekhalifahan dan dinasti, seiring berjalannya waktu, telah melemahkan otoritas dan kesatuan pusatnya. “Kurangnya kohesi politik mempersulit koordinasi dan mempertahankan kemajuan ilmu pengetahuan, budaya, dan ekonomi,” lanjut Satrio.
Baca Juga: Daftar 8 Anggota Kru Bajak Laut Rocks D Xebec di Manga One Piece, dari Captain John sampai Shirohige
Selain itu, ada faktor kurangnya inovasi ilmiah dan menurunnya penelitian. “Masa Keemasan Islam, yang menghasilkan kemajuan-kemajuan signifikan di berbagai bidang, digantikan oleh masa stagnasi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,” tutur Satrio.