DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Bahayanya Mengendarai Mobil Otomatis vs Mobil Manual

image
Mercedes Benz S600 Guard, ilustrasi mobil otomatis bukan mobil manual.

ORBITINDONESIA.COM - Mobil otomatis, MO, maksudnya yang perpindahan gigi persnellingnya otomatis (diatur oleh komputer). Kerja tangan kiri makin ringan sementara kaki kiri istirahat di foot rest. Cocok untuk mereka yang mengejar nyaman mengatasi macet.

Sebaliknya, mobil manual, MM, perpindahan giginya diatur oleh gerakan tangan kiri pegang tuas perseneling secara bersamaan dengan kaki kiri menginjak pedal kopling. Jadi kedua tangan dan kaki kerja maksimal. Latihan koordinasi yang bagus. Cocok bagi mereka yang ingin mempertahankan enerjiknya.

Karena alasan itulah saya lebih suka mobil manual daripada mobil otomatis. Kalaupun punya MO itu lebih pilihan tipe dan atribut yang lain bukan karena O nya.

Baca Juga: Bioskop Trans TV A Family Man, Gerard Butler yang Ambisius Jadi Dilema Ketika Pilih Karir atau Keluarga

Otomatisasi ini bagi saya mengancam/memanjakan/mendangkalkan kerja mental otak dan motorik tangan dan kaki, serta membuat koordinasi di antara mereka menjadi pasif.

Meski pengoperasian MO lebih sederhana tetapi karena kebanyakan kita sudah lebih dulu terbiasa dengan MM maka MO yang lebih sederhana pun menjadi sulit/komplek. Ini soal kebiasaan saja. Maklum teknologi MO yang lebih komplek baru datang belakangan menyusul teknologi MM.

Jadi, ternyata sesuatu yang baru itu apakah akan menjadi lebih sulit atau mudah juga tergantung kebiasaan lama kita, yang mungkin sudah menetap atau tepatnya, tertanam di alam bawah sadar (ABS). Kita perlu "move on", atau "berubah", kata Power Ranger.

Banyak kecelakaan MO umumnya karena pengendaranya belum terbiasa. Baik pada kondisi normal maupun distracted (mulitasking/ruwet/ribet dan pikiran kacau).

Baca Juga: Profil Lengkap Manchester City, Calon Terkuat Juara Liga Inggris Musim 2022/2023

Biasanya pada kondisi distracted itu "span of control" seseorang berkurang drastis. Beberapa contoh kecelakaan yang terjadi beberapa tahun lalu yang melibatkan MO.

1) Mobil yang jatuh dari parkiran lantai 8 di sebuah gedung di Jln. Gatot Subroto, Jakarta.
2) Mobil yang dkendarai ibu guru TK yang bergerak mundur menabrak belasan anak-anak di Medan.
3) Mobil nyaris jatuh dari parkiran atas sebuah mall di Bekasi
4) dll.

Dua foto berikut menunjukkan perbedaan visual antara tipikal transmisi MO dan MM keluaran 2017. Contoh tipikal saya sebutkan karena MO yang sudah ada sejak tahun 1960-an ini punya berbagai versi persnellingnya.

Baca Juga: Jarang Tampil di Televisi, Sule Disebut Tidak Laku, Ini Jawaban Eks Nathalie Holscher

Ada 5 posisi tuas persnelling pada MO. Urut dari depan :P (parkir) ---R (mundur)---N (netral)---D (jalan)---S (semi manual). Perpindahannya mundur berjenjang seperti tangga.

Camkan benar-benar urutannya. Kalau terbalik berbahaya! Bisa jadi maunya diam tapi nyatanya maju atau mundur, dan sebagainya.

Sementara untuk MM kode perpindahan gigi tertulis pd gagang (pegangan) tuas persnelling di kiri bodi pengemudi dengan urutan 1---2---3---4----5---R (mundur).

Perpindahan giginya bolak balik zigzag kiri ke kanan. Tidak ada N dan P tapi N bisa dilakukan dengan menempatkan tuas persnellingnya ke bagian garis memanjang di tengah.

Baca Juga: Aneh Tapi Ini Gubernur Lampung, Arinal Djunaidi Tidak Tahu Nama Jalan yang Rusak ketika Ditanya Jokowi

Selain itu, pada MO tidak ada pedal kopling sehingga kaki kiri menganggur. Dua pedal yang tersisa adalah untuk gas dan rem yang harus dioperasikan dengan telapak kaki kanan secara bergantian.

Secara umum, bagi yang terbiasa dengan MM, mengendarai MO lebih mudah salah karena terkait 2 hal: (1) Salah urutan tuas persnelling, (2) Hanya melibatkan tangan dan kaki kanan (2 alat saja). Tidak seperti pada MM yang melibatkan koordinasi antara kedua tangan dan kedua kaki (4 alat).

Dengan hanya 2 alat kendali mobil ternyata lebih mudah salah dibanding dengan 4 alat.

Beberapa kejadian yang sering dialami oleh pengendara pemula MO antara lain:

Baca Juga: Presiden Jokowi Sidak Jalan Rusak di Lampung, Bima Yudha: Kena Lo

1) Menginjak pedal gas dengan kaki kiri dan pedal rem dengan kaki kanan. Tentu agak kagok dan berbahaya karena keduanya saling meniadakan. Gas untuk maju, rem untuk memperlambat (Yang benar itu kaki kiri istirahat di atas foot rest).
2) Pencet tombol starter tapi lupa menginjak pedal rem. Gagal starter.
3) Pindah tuas kopling tanpa injak pedal rem. Terasa sulit.
4) Lepas rem saat tuas persnelling masih di D (dikira sudah di N). Tentu mobil meloncat (Makanya saya menerapkan jarak selamat untuk parkir minimal 3 m antara 2 moncong MO, sehingga bila terjadi kesalahan jenis ke-4 ini terhindar dari kemungkinan menghantam obyek di depan). 
5) Sudah mematikan mesin dan keluar dari mobil, tapi lupa pindah tuas persnelling ke posisi "P". Muncullah suara peringatan.
6) Dan sebagainya, silakan jabarkan sendiri.

Baca Juga: Kejutan Paling Mencuri Perhatian di Film Guardians of the Galaxy Vol 3, dari Nebula sampai Cosmo

Sebaliknya, setelah anda pakai MO dan ganti MM, kesalahan kebalikannya bisa saja terjadi. Misalnya:
1) Ingin mempercepat/memperlambat/menghentikan mobil tapi lupa memindahkan tuas persnelling.
2) = 1 tapi lupa injak pedal kopling.

Pada 1 dan 2 mesin bisa macet dan mendadak berhenti, berisiko diseruduk dari belakang.

Untuk mencegah kesalahan-kesalahan di atas maka hanya 2 kuncinya:
1) Anda paham mengoperasikan MO dan MM;
2) Anda selalu sadar (eling) sedang pegang MO atau MM;
3) Fokus dan kurangi distraksi visual, pikiran, dan fisik.

Sekian dan selamat merenungkan.

(Oleh: KOMNASTOL) ***

Berita Terkait