Singapura Siap Siap, Presiden Jokowi Mau Ambil Alih
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Selasa, 24 Januari 2023 12:45 WIB
Padahal, jika devisa hasil ekspor dalam bentuk dolar AS tersebut masuk ke dalam sistem keuangan Indonesia, nilai tukar rupiah seharusnya tetap kuat saat ini. Lantas kemana Uang tersebut. Uang keuntungan ekspotir tersebut disimpan di Negara lain.
Bukan di Indonesia, tepatnya di Singapura, negara yang luasnya kecil berhasil menawarkan para eksportir untuk menyimpan uang mereka di sana. Indonesia adalah pasar, pembeli dan penjual bertemu di sini.
Dalam sistem perdagangan pasti ada keuntungan, nah kemana keuntungan dari para penjual. Ternyata para penjual lebih senang menyimpan uang di singapura bukan di Indonesia. Mereka hanya berdagang di sini tapi menyimpan uang di Singapura.
Baca Juga: Sodetan Ciliwung Selesai April, Banjir di DKI Jakarta akan Berkurang Drastis
Kecenderungan eksportir menempatkan dolarnya di bank-bank Singapura ketimbang perbankan dalam negeri karena tingkat suku bunga deposito yang ditawarkan mereka jauh lebih tinggi dibandingkan di Indonesia.
Mereka menawarkan tingkat bunga hingga 3 sampai 4%. Sementara itu, tingkat suku bunga deposito yang ditawarkan bank-bank di Indonesia rata-rata hanya di kisaran 1,25 sampai 1,75% saja dalam satu tahun.
Akibatnya selisih suku bunga ini yang membuat para eksportir dalam negeri tak tertarik menempatkan dolarnya di dalam negeri. Jadi sampai di sini eksportir kita membuat cadangan devisa singapura terus bertambah?
Permasalahan ini lah yang kemudian membuat Presiden Joko Widodo meminta Bank Indonesia (BI) segera membuat kebijakan yang dapat menahan dolar hasil ekspor di dalam negeri.
Baca Juga: Pembakar Al Quran di Swedia Rasmus Paludan Ternyata Seorang Politisi
Dengan demikian, artinya, setiap devisa hasil ekspor (DHE) dalam bentuk dolar harus ditahan di dalam negeri untuk beberapa waktu.