Penulis Berdedikasi SATUPENA Awards 2022 Untuk Musdah Mulia dan Eka Budianta
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Selasa, 06 Desember 2022 16:26 WIB
ORBITINDONESIA - Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA memberi penghargaan Satupena Awards 2022 kepada dua penulis berdedikasi; Musdah Mulia untuk kategori nonfiksi dan Eka Budianta untuk kategori fiksi.
Dalam keterangan tertulis di Jakarta Selasa, 6 Desember 2022, Ketua Umum Satupena Denny JA menjelaskan, tradisi memberi penghargaan kepada penulis berdedikasi adalah bagian dari gerakan literasi, menghidupkan Indonesia juga sebagai negara budaya.
Tak hanya tentang kekuasaan dan perdagangan, negara yang maju juga kuat secara kebudayaan.
Baca Juga: SATUPENA DKI Jakata Semarakkan Desember Sebagai Bulan Puisi Esai Indonesia 2022
Penetapan penulis berdedikasi dijalankan melalui seleksi, penilaian, serta penjurian berjenjang selama tiga bulan oleh dewan juri yang terdiri dari penulis dan pengurus SATUPENA dari Aceh sampai Papua.
Suara mereka ditampung dan diseleksi oleh enam koordinator SATUPENA dari enam pulau, koordinator Sumatra, Jawa, Bali-NTT, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Mereka yang terlibat adalah Anwar Putra Bayu, Dhenok Kristianti, I Wayan Suyadnya, Hamri Manoppo, M Thobroni, dan FX Purnomo.
Denny JA menambahkan, ada beberapa pertimbangan di balik penetapan tersebut.
Baca Juga: Webinar Satupena Akan Diskusikan Masalah Betawi dan Belenggu Perubahan Zaman
Musdah Mulia dipilih karena dedikasinya sebagai penulis buku yang mencerahkan untuk tema emansipasi wanita, dengan perspektif tafsir agama secara modern.
Musdah aktif juga di berbagai organisasi perempuan, dan juga organisasi profesi, seperti Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) dan Women Shura Council (Majelis Perempuan Ulama berpusat di New York).
Dia bersama K.H Abdurrahman Wahid, Djohan Effendi dan pemuka agama lainnya juga mendirikan ICRP (Indonesian Conference on Religions for Peace).
Musdah dikenal dengan karya-karyanya yang sangat vokal menyuarakan nilai-nilai kemanusiaan, prinsip keagamaan yang moderat dan cinta perdamaian, di antaranya adalah, “Muslimah Reformis: Perempuan Pembaru Keagamaan” (Mizan, 2005), “Perempuan dan Politik” (Gramedia, 2005), “Membangun Surga di Bumi: Kiat-Kiat Membina Keluarga Ideal dalam Islam” (Gramedia, 2011), “Mengupas Seksualitas” (Serambi, 2015), dan “Ensiklopedia Muslimah Reformis: Pokok-Pokok Pemikiran untuk Reinterpretasi dan Aksi” (Penerbit Baca, 2020).
Baca Juga: Denny JA Luncurkan Kanal Youtube SATUPENA TV yang Memuat Kisah Kalangan Penulis Tanah Air
Atas dedikasinya, Musdah kerap meraih penghargaan nasional dan internasional. Di antaranya adalah International Women of Courage Award dari Pemerintah Amerika Serikat (2007) atas kegigihannya memperjuangkan demokrasi dan Humanity Award (2019) dari International Forum for Peace and Human Rights atas kiprahnya merajut perdamaian melalui upaya-upaya penegakan HAM di Indonesia.
Sedangkan Eka Budianta memiliki dedikasi di dunia sastra. Dia dianggap oleh para juri sangat paripurna. Dia menguasai teori kesastraan secara mendalam.
Selain dikenal sebagai seorang penulis senior yang banyak menghasilkan karya sastra, utamanya puisi dan prosa, dia juga berperan serta menumbuhkan penyair serta penulis muda melalui Yayasan Pustaka Sastra yang dia dirikan bersama F. Rahardi.
Aktif menulis cerpen dan puisi sejak di bangku SMA, hingga saat ini, dia telah menulis lebih dari 40 buku, baik kumpulan puisi maupun cerita pendek.
Baca Juga: Webinar Satupena Akan Diskusikan Peran Strategis Ulama Perempuan Indonesia
Eka juga mendedikasikan hidupnya untuk dunia kepenulisan. Dia pernah menjadi wartawan majalah Tempo (1980-1983), koresponden koran Jepang Yomiuri Shimbun (1984-1986), dan menjadi kolomnis di majalah Trubus sampai sekarang.
Dia juga tercatat pernah mengikuti Iowa Writers Program di Iowa, Amerika Serikat. Ia masih aktif menulis di media massa.
Bukunya yang berjudul “Cerita di Kebun Kopi” (Balai Pustaka, 1981) dinyatakan oleh pemerintah sebagai bacaan di sekolah, sedangkan buku “Sejuta Milyar Satu” dipilih sebagai bahan literatur tambahan dan mendapat penghargaan khusus dari Dewan Kesenian Jakarta tahun 1985.
Bahkan Prof. Dr. A Teeuw dalam bukunya Modern Indonesian Literature II (The Hague, 1979) pernah meramalkan bahwa nama Eka Budianta akan menjadi penulis besar dalam dekade 1980-an.
Baca Juga: Satupena Gelar Pelatihan Kepenulisan dan Entrepreneurship Daring Gratis
Denny JA menjelaskan, penerima penghargaan tersebut akan mendapat hadiah berupa sertifikat dan uang tunai masing-masing senilai Rp35 juta rupiah.
Penyerahan penghargaan akan dilaksanakan dalam acara Satupena Awards 2022 di waktu dekat ini. ***