DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Bulan Desember, Bulan Puisi Esai, dari Film Layar Lebar Sampai Tradisi Memberi Kesaksian

image
Bulan Desember Menjadi Bulan Kesaksian tentang Apa Saja yang Berlangsung.

Baca Juga: Denny JA: Dunia Islam Perlu Tafsir yang Pro Keadilan Bagi Perempuan

Isu itu dapat pula dituliskan dalam bentuk puisi esai. Mengapa puisi esai? Itu agar kisah yang sebenarnya  menjadi lebih dramatis, lebih menyentuh hati, dan lebih lama tinggal dalam memori kolektif.

Cara menulis dalam puisi esai disertakan paling akhir dalam esai ini.

Di bulan desember ini, banyak hal signifikan yang sudah dilakukan oleh komunitas puisi esai.

Pertama, segera dibuat film layar lebar pertama berdasarkan puisi esai. Saya sudah bertemu beberapa kali dengan Direktur PFN, Dwi Heriyanto, sudah menanda- tangani MOU, untuk segera dieksekusi.

Baca Juga: Denny JA Luncurkan Kanal Youtube SATUPENA TV yang Memuat Kisah Kalangan Penulis Tanah Air

Kedua, kesaksian atas 25 kisah konflik berdarah di Indonesia setelah reformasi. Kisah ini sudah didokumentasikan dalam 25 puisi esai.

Itu kisah yang diolah dari drama di seputar konflik primordial di Era Reformasi: Konflik agama di Maluku (1991-2002), Konflik suku Dayak versus Madura di Sampit (2001), Konflik Ahmadiyah di Mataram (2002-2017), Konflik Rasial di Jakarta (Mei 1998), dan konflik pendatang Bali dan penduduk asli di Lampung (2012).

25 kisah ini saya tuliskan sendiri dan sudah menjadi buku “Jeritan Setelah Kebebasan” (2022). Juga sudah terbit edisi bahasa inggrisnya: Scream Following Liberation (2022).

Sebanyak 13 aktivis, penulis dan tokoh masyarakat juga sudah merespon buku puisi esai ini dan juga menuliskan responnya dalam buku yang segera terbit: Kaleidoskop Menolak Lupa: 13 Tanggapan Terhadap Puisi Esai Denny JA (2022).

Halaman:
1
2
3
4
5

Berita Terkait