Yang Tersembunyi di Bulan Suro, yang Dianggap Keramat dan Sakral
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Minggu, 24 Juli 2022 19:44 WIB
Mereka memiliki anggapan bahwa bulan Suro atau Muharram merupakan bulan yang paling agung dan mulia. Karena terlalu mulianya bulan Suro, maka dalam sistem kepercayaan masyarakat dipercayai hamba atau manusia tidak kuat atau memandang terlalu lemah untuk menyelenggarakan kegiatan.
Bagi keraton, ada dua hari besar yang berhubungan dengan agama diperingati secara besar- besaran. Kegiatan-kegiatan yang digelar, seperti gerebeg maulud untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW pada bulan Mulud (Rabiul Awal) dan pada bulan Suro.
Pada bulan Suro, kegiatan yang biasa dilaksanakan seperti jamasa pusaka (merawat / servis / upgrade benda pusaka), ruwatan (berdoa), serta sesajen agung (sedekah) atau laku tapa brata (introspeksi / mawas diri).
Baca Juga: Lirik Lagu Casablanca Nuha Bahrin, Naufal Azrin Lengkap dengan Arab dan Latin
Bagi masyarakat Jawa, hamba yang kuat melaksanakan hajatan pada bulan Suro adalah raja atau sultan. Sehingga bulan Suro dianggap sebagai bulan hajatan bagi keraton, di mana rakyat akan kualat jika ikut-ikutan melaksanakan hajatan tertentu.
Di luar peranan politik dan militer, Sultan Agung dikenal sebagai penguasa yang menaruh perhatian besar terhadap perkembangan Islam di Jawa. Ia adalah pemimpin yang taat beragama, sehingga memperoleh banyak simpatik dari kalangan ulama.
Ijtihad terbesar dari Sultan Agung adalah mengubah tahun Saka yang berasal dari agama Hindu menjadi sistem tarikh dengan tanggal dan bulan hijriah sebagai dasar perhitungan.
Penanggalan dan bulan memakai sistem Qamariah yang diambil dari Islam. Namun angka tahun dan nama tahun tetap memakai sistem Jawa atau tahun Saka.
* Sumber Buku Misteri Bulan Suro: Perspektif Islam-Jawa (2010) karya Muhammad Sholikhin. Disarikan oleh Mbah Ton. ***