Petrus Hariyanto: Mantan Aktivis PRD yang Dulu Melawan Rezim Soeharto Kini Jualan Kopi
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 14 November 2022 08:35 WIB
ORBITINDONESIA – Perjalanan hidup memang bermacam ragam. Mantan aktivis PRD (Partai Rakyat Demokratik) Petrus Hariyanto atau Peter Hari kini jualan kopi. Petrus menggunakan brand Peter Hari Coffee, yang diambil dari namanya sendiri.
Pembuatan produk kopi Peter Hari Coffee ini adalah salah satu mimpi Petrus Hariyanto untuk menghadirkan kesejahteraan yang adil antara para pekebun kopi di wilayah pedesaan dan konsumen di perkotaan.
Menurut Petrus Hariyanto, selama ini para petani atau pekebun tidak dapat menikmati tingginya harga kopi, karena harga yang ditekan sangat rendah oleh para tengkulak atau pengijon.
Petrus mengharapkan, dengan menjembatani langsung produsen dan konsumen melalui Peter Hari Coffee maka para pihak dapat mendapatkan keuntungan yang sewajarnya.
Perjuangan Petrus untuk menghadirkan kesejahteraan kepada rakyat kecil tidak pernah padam semenjak aktif dalam gerakan demokrasi di tahun 1990an.
Itu alasan mengapa Petrus menyebut tagline produk kopinya "Perjuangan Tanpa Tepi." Ini maknanya adalah perjuangan yang tak pernah berhenti apapun keterbatasannya.
Memulai perjuangan tidak perlu menunggu semua orang sadar untuk berubah dan sebaliknya, perjuangan jangan berhenti karena semua orang sudah tidak mau berubah.
Baca Juga: Inilah 10 Jurusan Perguruan Tinggi yang Paling Disesali Lulusannya
Memulai perjuangan tidak perlu menunggu semua keadaan menjadi sempurna. Keadaan menjadi sempurna karena perjuangan sudah dimulai.
Demikianlah Petrus dan kawan-kawan terlibat dalam banyak kegiatan untuk mendampingi dan membela hak-hak masyarakat yang terpinggirkan. Seperti: kelompok petani, buruh dan kaum miskin kota saat banyak orang masih diam.
Keterlibatannya yang sangat dalam bersama rakyat telah menganggu kenyamanan para pengusaha dan penguasa militer di masa kepemimpinan Presiden Soeharto pada masa itu.
Kegiatan Petrus dan kawan-kawan di awasi secara ketat oleh pemerintah otoriter saat itu.
Pemerintah tidak segan-segan menggunakan kekerasan untuk mematahkan semangat Petrus dan kawan-kawan dalam memperjuangkan hak-hak rakyat kecil.
Puncak tekanan terhadap Petrus dan kawan-kawan terjadi di tahun 1996. Pemerintah Soeharto merekayasa kerusuhan sosial di kantor Partai Demokrasi Indonesia (PDI) pada 27 Juli 1996.
Penguasa menempatkan PRD sebagai kambing hitam. Mereka menargetkan menangkap sebanyak-banyaknya sejumlah aktivis yang terkait atau tidak terkait secara langsung dengan PRD, karena dianggap membahayakan penguasa pada saat itu.
Beberapa aktivis dapat menyelamatkan diri. Namun pemerintah berhasil menangkap sejumlah tokoh pergerakan.
Baca Juga: Survei Indikator Politik Indonesia: Publik Inginkan Erick Thohir Jadi Ketua Umum PSSI
Seperti: Budiman Soejatmiko, Yacobus Eko Kurniawan, Soeroso, Victor da Costa, Anom Astika, Bhartolomeus Garda Sembiring, Wilson, Ignatius Putut Ariontoko, Ken Budha Kusumandaru, Ignatius Damianus Pranowo termasuk Petrus Hariyanto.
Mereka mengalami kekerasan secara fisik dan mental selama dalam tahanan. Bentuk-bentuk penyiksaan seperti pemukulan di ulu hati, rusuk, telinga, tidur di balok es, hingga penyetruman.
Ini adalah teknik-teknik yang umum dipakai untuk mengorek keterangan para tokoh pergerakan tersebut. Beberapa di antara tokoh tersebut harus dilarikan ke rumah sakit akibat penyiksaan yang melebihi daya tahan manusia yang wajar.
Pemerintah lewat pengadilan sesat akhirnya memenjarakan mereka antara 5-13 tahun. Mereka menjalani hukuman tidak kurang dari tiga tahun, karena kekuasaan Soeharto jatuh pada 1998.
Baca Juga: Jadwal Resmi Pertandingan Penyisihan Grup A Piala Dunia 2022 Qatar, Ekuador, Senegal, Belanda
Pemerintahan Presiden Abdurachman Wahid atau Gus Dur akhirnya memberikan amnesti dan membebaskan seluruh tahanan pada 10 Desember 1999.
Bagi khalayak yang berminat merasakan dan menikmati Peter Hari Coffee bisa mengontak lewat situs www.peterharicoffee.com. ***