Erizeli Jely Bandaro: Prestasi Jokowi Biasa Saja, Memantau Pembangunan Infrastruktur Indonesia
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Sabtu, 22 Oktober 2022 18:10 WIB
ORBITINDONESIA - Era Jokowi tiada ada hari tanpa bicara infrastruktur. Pembangunan infrastruktur terjadi meluas. Bukan hanya di Jawa tapi di belahan wilayah lain di Indonesia. Ya Indonesia centris. Kerja!
Pada waktu bersamaan negara ASEAN juga melakukan pembangunan infrastruktur hal yang sama. Maka terjadilah persaingan meningkatkan daya saing regional antara sesama negara ASEAN. Maklum daya saing regional ini sangat penting sebagai referensi bagi Investor mau investasi di suatu negara.
Apa yang terjadi tahun 2022 setelah lebih satu periode Jokowi berkuasa? indeks daya saing infrastruktur dari peringkat ke-56 pada tahun 2014 menjadi ke-52 pada tahun 2018. Namun, tahun 2022, kembali ke posisi 52.
Baca Juga: Inilah Kriteria Calon Presiden yang Diisyaratkan Presiden Jokowi, Salah Satunya Airlangga Hartarto
Sementara daya saing global Indonesia yang secara keseluruhan mengalami penurunan peringkat dari posisi ke-34 (2014) menjadi ke-45 (2018) dan ke- 37 (2022). Kita kalah jauh dengan Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina.
Apa artinya? sekeras dan sehebat kita upayakan peningkatan daya saing dengan membangun infrastruktur, pihak negara ASEAN jauh lebih hebat. Kemajuan? Index tidak berubah sejak Era SBY.
Apa penyebab rendahnya daya saing itu? Berdasarkan laporan Institute for Management Development (IMD) World Competitiveness Yearbook 2022.
Efisiensi pemerintah, Indonesia berada di peringkat 35, turun dibandingkan posisi tahun lalu peringkat 26. Ini jeblok. Mungkin korupsi dana PEN-C19 yang tidak bisa dipidanakan (Perpu 1/2020). Entahlah.
Baca Juga: Contoh Naskah Khutbah Jumat Edisi Hari Santri Nasional 2022, Membentuk Pemuda Muslim yang Tangguh
Hitungan efisiensi pemerintah ini bisa dilihat secara makro. Di akhir tahun 2014 atau masa peralihan, dari pemerintahan Presiden SBY menuju pemerintahan Presiden Jokowi, jumlah utang pemerintah tercatat yakni sebesar Rp 2.608.78 triliun dengan rasio utang terhadap PDB sebesar 24,7 persen.