Pencegahan dan Penanganan Bagi Pasangan Muda yang Radikal
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Minggu, 17 Juli 2022 10:03 WIB
Oleh: Brigjen Pol. R. Ahmad Nurwakhid, SE, MM., Direktur Pencegahan BNPT RI
ORBITINDONESIA - Karena radikalisme itu virus yang berpotensi masuk ke dalam pikiran semua orang, maka, kasus-kasus radikalisme pada lingkup keluarga, juga terjadi.
Keluarga-keluarga radikal umumnya berasal dari pasangan-pasangan muda yang telah terinfeksi paham radikal sebelum menikah (pra nikah), dari salah satu maupun keduanya.
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat dan negara. Bagaimana wajah suatu masyarakat dan negara, tercermin dalam kehidupan keluarga-keluarganya.
Baca Juga: Piala Presiden, Aremania: Bawa Piala ke Malang Lagi
Oleh sebab itu, pembentukan keluarga-keluarga yang radikal, menjadi program dari kelompok-kelompok radikal.
Memang salah satu metode perekrutan kelompok radikal adalah dengan perkawinan. Cara ini cukup efektif untuk meradikalisasi seorang perempuan.
Perempuan cenderung lebih militan dan loyal daripada laki-laki dalam hal memegang teguh ideologi radikal.
Upaya penanganan yang dapat dilakukan terhadap pasangan-pasangan muda yang radikal adalah sebagai berikut:
Pertama, kita berdoa agar yang bersangkutan segera mendapatkan hidayah untuk menemukan kembali jalan yang lurus. Sesungguhnya kita hanya dapat berusaha, adapun yang bolak balikkan hati manusia adalah Tuhan.
Kedua, melakukan dialog sebagai upaya disengagement (memisahkan atau melepaskan) dari individu, kelompok maupun narasi radikal baik secara offline maupun online.
Proses disengagement ini paling memungkinkan dilakukan oleh keluarga terdekat seperti orang tua, mertua, paman, bibi dan saudara kandung.
Ketiga, andaikata keluarga dekat sulit mengadakan dialog, dapat dilakukan pendekatan moderasi terhadap pemahaman dengan menggunakan aktor yang dianggap memiliki kedekatan ideologis.
Baca Juga: Soekarno: Imperalis dan Kapitalis Itu Harus Diisap jadi Asap dan Debu
Mantan teroris sangat efektif diajak berdialog dan melakukan moderasi guna mengurangi kadar atau menurunkan tingkat radikalitas mereka, karena, jika dengan ulama dan tokoh di luar kelompok mereka, mereka resisten dan menghindar.
Keempat, jika dialog berhasil, selanjutnya melakukan assessment kepada mereka untuk mengetahui tingkat atau kadar keradikalannya, selanjutnya diberikan vaksinasi yang tepat guna meningkatkan imunitas ideologinya.
Kelima, melakukan pendekatan kemanusiaan dengan menghadirkan keluarga atau orang-orang yang memiliki ikatan emosional dalam diri mereka untuk mengajak kembali pada jalan yang benar.
Pelajaran penting dari kasus pasangan-pasangan muda yang radikal adalah, pentingnya pencegahan dengan melakukan vaksinasi dari virus radikalisme pra nikah.
Ketika seseorang sudah terpapar, memang akan sulit dilakukan pendekatan dialog dan membutuhkan proses penyembuhan yang bertahap.
Proses penyembuhan bagi yang sudah terpapar harus disikapi dengan sabar, karena membutuhkan pendampingan yang berkelanjutan.***